Minggu, 05 Juli 2020

Wahai Malam

Pada suatu masa aku menikmati sebuah malam yang sangat indah.
Sinar rembulan menyinari lembah yang dingin, dimana sesekali kabut tipis bergerak melambat diantara pohon dan rumput yang seakan melambai ke arahku. Mata ini menatap lirih, betapa indah semesta tercipta untuk manusia dapat menikmatinya.

Beribu malam tlah berganti, indah malam itu di alun-alun surya kencana masih terlihat nyata dengan sangat menawan dihati ini. Malam kini terasa sedikit lebih tenang tanpa hiruk pikuk kumpulan manusia yang sedang menikmati kopi dan bercengkarama, maupun tawa dalam padatnya dunia malam, tanpa keramaian sebuah pagelaran ataupun sebuah pesta dipinggiran pantai yang landai. Dunia seperti sedang beristirahat dan melambat tanpa banyaknya manusia yang berkumpul untuk menikmati malam dengan cara-cara yang mereka suka.

Selamat malam bumiku yang sedang berjuang untuk kembali normal. Tidak ada bagiku sebuah kenormalan baru, tidak ada bagiku sebuah ketidaknormalan dinyatakan sebagai sebuah normal yang baru. Buatku, bumi ini selalu indah dengan caranya sendiri. Kami, manusia sebaiknya kembali belajar bagaimana mencintai bumi dengan apa adanya. Hidup berdampingan dengan keselarasan dan keseimbangan.

Selamat malam, dahulu, kini dan nanti engkau yang selalu menawan, wahai malam.

Tidak ada komentar: