Pada suatu
masa aku menikmati sebuah malam yang sangat indah.
Sinar
rembulan menyinari lembah yang dingin, dimana sesekali kabut tipis bergerak
melambat diantara pohon dan rumput yang seakan melambai ke arahku. Mata ini
menatap lirih, betapa indah semesta tercipta untuk manusia dapat menikmatinya.
Beribu malam
tlah berganti, indah malam itu di alun-alun surya kencana masih terlihat nyata
dengan sangat menawan dihati ini. Malam kini terasa sedikit lebih tenang tanpa
hiruk pikuk kumpulan manusia yang sedang menikmati kopi dan bercengkarama,
maupun tawa dalam padatnya dunia malam, tanpa keramaian sebuah pagelaran
ataupun sebuah pesta dipinggiran pantai yang landai. Dunia seperti sedang
beristirahat dan melambat tanpa banyaknya manusia yang berkumpul untuk
menikmati malam dengan cara-cara yang mereka suka.
Selamat
malam bumiku yang sedang berjuang untuk kembali normal. Tidak ada bagiku sebuah
kenormalan baru, tidak ada bagiku sebuah ketidaknormalan dinyatakan sebagai
sebuah normal yang baru. Buatku, bumi ini selalu indah dengan caranya sendiri. Kami,
manusia sebaiknya kembali belajar bagaimana mencintai bumi dengan apa adanya. Hidup
berdampingan dengan keselarasan dan keseimbangan.
Selamat
malam, dahulu, kini dan nanti engkau yang selalu menawan, wahai malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar