Kamis, 30 September 2010

Menyapa Mahameru "Puncak abadi para dewa"

Gunung Semeru dengan puncak Mahameru adalah gunung tertinggi di pulau Jawa dengan ketinggian 3676 mdpl.Gn Semeru terletak di Propinsi Jawa Timur (8°06' LS, 120°55' BT) dan dapat ditempuh dari Lumajang dan Malang. Inilah gunung pertama yang sangat ingin aku daki saat telah bergabung dengan Astacala walaupun pada kenyataannya baru pada tanggal 19 September 2010 kemarin aku menggenapinya, berdiri dipuncak Mahameru, dan menjadi salah satu manusia yang berdiri paling tinggi di pulau Jawa.

Ranukumbolo
Mahameru juga dikenal sebagai “Puncak abadi para dewa” sebab menurut legenda kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuna Tantu Pagelaran yang berasal dari abad ke-15,para dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru di India ke atas Pulau Jawa. Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Meru, Gunung Meru dianggap sebagai rumah tempat bersemayam dewa-dewa dan sebagai sarana penghubung diantara bumi (manusia) dan Kayangan. Menurut orang Bali Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak Gunung Agung di Bali dan dihormati oleh masyarakat Bali. Upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh orang Bali. (source : wikipedia)

Reputasi Gn Semeru yang masih sangat aktif dan tak sedikit menewaskan banyak pendaki yang mencoba menaklukkannya membuat pesona Gn.Mahameru semakin kuat bagi kebanyakan orang. Tak jarang karena resiko yang cukup besar, dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menutup jalur ke Puncak, dimana para pendaki hanya disarankan mendaki hingga pos Kalimati.

And the Journey has begun,,16 September 2010,,

Perijinan dilakukan di Tumpang dan Ranupane. Administrasi yang harus dilengkapi saat perijinan di Tumpang adalah :
1. Fotocopy KTP atau KTM untuk mahasiswa (2 lembar)
2. Surat keterangan berbadan sehat dari dokter (2 lembar),
3. Membayar tiket masuk seharga Rp 5750 untuk pelajar/mahasiswa dan Rp 7000 untuk umum.
Bila membawa camera akan dikenakan biaya Rp 5000/camera. Dari sana akan diberikan surat jalan yang nantinya diberikan ke pos perijinan di Ranupane. Di pos perijinan ini juga kita dapat membeli souvenir berupa stiker, pin, gantungan kunci dan kaos Gn. Mahameru. Untuk kaos harganya Rp 45.000,- yang mana belakangan kami ketahui harganya jauh lebih murah dibandingkan bila membeli di Ranupane Rp 60.000,-

Kantor Perijinan di Tumpang
Perjalanan dari Tumpang ke Ranupane (08°00’ 52” LS, 112°56’ 43” BT) ditempuh selama kurang lebih 3 jam. Alat transportasi yang digunakan dapat berupa Jeep dengan biaya Rp 30.000,-/orang atau menggunakan truck seperti yang kami lakukan dengan biaya yang sama. Truk yang kami gunakan adalah milik Mas Pras. Mas Pras sendiri sudah 10 tahun menyetir truck untuk mengantar sayur dan para pendaki dari Tumpang ke Ranupane.


Truck Mas Pras
Bila menggunakan Jeep

Perjalanan ke Ranukumbolo (08°00’ 52” LS, 112°56’ 43” BT) seharusnya dapat ditempuh 4 jam, namun karena keadaan yang hujan dan perjalanan yang cukup santai, kami pun tiba di Ranukumbolo saat langit sudah gelap dan rintik hujan masih terus menyertai derap kaki kami saat mendirikan camp. Malam itu tidak begitu indah sebab Ranukumbolo diselimuti kabut sehingga kami tak dapat menikmati langit cerah dengan bintang-bintang.

Pukul 05.00 pagi aku terbangun dan bergegas melihat keluar tenda untuk melihat matahari terbit disela sela bukit. Kurang beruntung, saat itu kabut sangat tebal menyebabkan sekitar bukit dan danau tertutup kabut. Matahari berangsur angsur naik dan memberikan hangatnya, namun tak jarang hembusan angin lembah yang menghampiri kami membuat kami kembali menggigil. Indah dan anggun, Ranukumbolo yang menawan.





Pukul 10.00 kami bergerak menuju Pos Kalimati  (08°05’ 15” LS, 112°55’ 02” BT), dari Ranukumbolo kita harus melewati bukit untuk menuju sabana oro oro ombo, namun sebelum itu kita harus melewati tanjakan cinta, yang konon katanya apabila seseorang yang melewati tanjakan cinta tanpa menoleh kebelakang, dipercaya cintanya akan abadi.

“Lantas bagaimana bila orang yang naik itu sedang jomblo?” tanya salah seorang dari kami, dan langsung terdengar jawaban :

“Ya, jomblo mu abadi !!”

Entah benar atau tidak, akupun seakan tidak ingin menoleh kebelakang saat berada di tanjakan cinta. Seakan ingin menghormati mitos yang ada aku pun menoleh kebelakang saat berada di puncak tanjakan dan melihat betapa indahnya hasil karya Tuhan untuk umatnya, Ranukumbolo. Suasana yang indah dan cuaca yang sejuk membuat kami memutuskan untuk beristirahat sejenak diatas bukit sambil menikmati indahnya danau. Aku yakin kami semua yang berada disana merasa sangat beruntung bisa melihat ini semua secara langsung.

Track jalur ke pos Kalimati boleh aku bilang cukup nyaman. Selain landai, pemandangan yang disajikan juga sangat indah dan membuat hayal melayang jauh. Tak jarang kami melihat puncak Mahameru meletus mengeluarkan wedus gembel nya yang terkenal itu. Sayang sekali aku tidak sempat mengabadikan moment itu karena cuaca yang terkadang gerimis membuat kameraku diam dibungkus dry back di dalam carrier sepanjang perjalanan.

Berbeda dengan hari sebelumnya, kami bergerak cukup stabil dan tidak terlalu banyak istirahat. Kami sampai di pos Kalimati pukul 15.00. Terlihat banyak pendaki yang sudah mendirikan camp disekitar shelter. Kami memilih mendirikan camp sedikit lebih jauh dari shelter.

Kalimati
Menuju mata air
Tak jauh dari pos, ada sumber mani, mata air. Menurut informasti dari pendaki lain, untuk sampai ke mata air dapat ditempuh dengan waktu 10 menit ke arah Barat, sekitar 30 menit perjalanan pergi-pulang. Karena tak ada dari kami yang pernah Gn. Semeru sebelumnya, maka kami memilih untuk safety dengan menyiapkan air dari Ranukumbolo untuk menghindari kemungkinan tidak menemukan sumber air atau sampai ke lokasi terlalu malam.

Pukul 21.00 segala persiapan ke puncak sudah selesai kami siapkan. Pukul 23.00 rencana kami ke puncak terpaksa tertunda karena cuaca yang berkabut disertai gerimis hujan dan angin yang cukup kencang. Karena cuaca yang kurang baik, kami kembali istirahat sambil tetap memonitor keadaan cuaca yang kami harapkan akan berubah cerah. Tak disangka kami ketiduran dan terbangun oleh panggilan dari Marmut, anggota Astacala, yang berbeda team dari kami. Ia hendak menuju puncak dan menghapiri tenda kami.

Ternyata sudah jam 01.50, dan langit sangat cerah, bintang-bintang terlihat berhamburan di langit sangat banyak. Bergegas kami bersiap untuk menuju puncak abadi para dewa. Pukul 02.30 kami start dari camp menuju puncak Mahamer dan pukul 05.00 kami sampai di batas vegetasi dan sekitar pukul 09.00 aku berhasil menyapa Puncak Mahameru, puncak abadi para dewa, waktunya agak terlambat sebab maksimal jam 09.30 kami sepakati untuk berada di puncak karena dikhawatirkan pukul 10.00 akan ada asap beracun yang mengarah ke puncak. Nampaknya para dewa menerima kehadiranku disana sebab cuaca yang tadinya berkabut menjadi cerah. Aku bahkan dapat melihat dengan jelas bibir pantai disebelah selatan dan bibir kawah Jonggring Saloko.

Puncak 3676 mdpl

ASTACALA on the TOP

Kurang lebih 6.5 jam kami lalui untuk mencapai puncak Mahameru yang kami nikmati selama kurang lebih 10 menit namun menjadi 10 menit yang tak kan pernah aku lupakan. Kalau untuk mencapai puncak kami membutuhkan waktu 6.5 jam, untuk turun dari puncak dan mencapai Kalimati hanya diperlukan waktu sekitar 2 jam dengan kecepatan yang santai. Rencananya sore itu kami akan menuju Ranukumbolo namun cuaca ternyata berkata lain, hujan lebat mengguyur kami yang saat itu sudah siap berangkat dengan carrier masing-masing. Dengan beberapa pertimbangan akhirnya kami tidak melanjutkan perjalanan ke Ranukumbolo dan kembali mendirikan camp di Kalimati.

Ternyata kami cukup beruntung, sebab malam itu hujan sangat lebat dan berlangsung hingga esok pagi jam 08.00. Salah satu group yang nge-camp di samping kami bercerita bahwa saat tengah malam mereka nekat menerobos hujan menuju puncak dimana akhirnya mereka putuskan untuk turun kembali setelah terjadi hujan es di Arcopodo. Kami bergerak dari Kalimati menuju Ranupane pukul 11.30 dan sampai di pos perijinan sekitar pukul 18.30. Disana sudah menunggu Mas Pras sang pemilik truck sayur yang menjemput kami. Beliau sudah menunggu kami sejak pagi sebab sebelumnya kami mengatakan akan sampai di Ranupane siang hari.


Bersama Mas Pras 
Perjalanan ini akhirnya pun berakhir dengan perjalanan pulangku dari Malang-Jakarta menggunakan kereta api executive Gajayana seharga Rp 360.000,- tanpa diberikan makan malam ataupun sekedar air putih. Ternyata service kereta api untuk perjalanan jauh sudah tidak mendapatkan makan malam. Malam itu pun akhirnya aku merogoh kocek untuk membeli teh panas dan nasi goreng.

21 September 2010 pukul 09.00 aku sampai di stasiun gambir, pulang ke kosan untuk mandi dan langsung ke kantor. Melelahkan namum sangat menyenangkan.

I love my adventure
Thanks to all team : Cirit, Monop, Pinan, Kresna, Sondang, Bram, Ellya dan Evalin for our great journey to say Hello at Mahameru

All team

Rincian pengeluran untuk trip kali ini :

Tiket pesawat Jakarta – Surabaya : Rp 325.000
Airport tax : Rp 40.000
Pengeluaran di Surabaya : Rp 100.000
Saweran logistic : Rp 300.000
Subsidi ke team Rp : 135.000
Tiket kereta Malang – Jakarta Rp 360.000
Makan malam : Rp 25.000
Taxi : Rp 25.000
Kaos Mahameru : Rp 45.000
Total pengeluaran : Rp 1.355.000

Jumlahnya hampir sama dengan pengeluaran saat ke Singapore sebelumnya. Namun jumlah pengeluaran anggota team yang lain tentu saja jauh lebih kecil karena transportasi mereka menggunakan kereta ekonomi ^.^v

2 komentar:

Unknown mengatakan...

seru bro..keren,,,,hehehe...kemaren aq ketemu 2 orang dari jakarta habis long week end dari semeru

Unknown mengatakan...

Mantaaap dan kereeen bisa muncak rame rame yaaa, kondisi terakhir gimana sob ??