Selasa, 22 Desember 2009

Rush in Tegal-Semarang-Jogja-Magelang-Jakarta

Just a little share about a rush trip that I’ve done few weeks ago.

Trip dipilih ke Jogja, sebuah pilihan yang aneh kalo menurutku. Mengapa?
1. Sebelumnya saya sudah sering ke Jogja.
2. Masih banyak tempat lain selain Jogja yang bisa menjadi alternatif
3. Terlalu direncanakan sejak jauh hari.
Alasan terbesar saya ikut ke Jogja adalah karena kota ini memang menawan, terlebih saya ingin bertemu dengan kawan-kawan lama yang berada di Jogja. Hasilnya??tak satupun saya sempat bertemu dengan kawan-kawan saya karena insiden bodoh yang mengakibatkan HP ku lowbat saat ingin memberi tahu kedatangan saya kepada mereka dan nomer mereka tak satupun ada di SIM cardku.Benar-benar tolol. Namun inilah Jogja penuh dengan nostalgia saat masih kuliah, saat masih menggunakan kereta ekonomi, KA Kahuripan, berangkat dari st Kiara Condong jam 20.00 – 07.00 tiba di St lempuyangan, hanya dengan Rp 26.000 saja. Setiap kali tiba di St Lempuyangan kalimat pertama yang saya ucapkan selalu ”Aahh..sudah Jogja saja..” (tentunya sambil tersenyum) Beberapa saat kemudian, kawan-kawan akan menjemput kami di stasiun dan membawa kami masuk ke dalam kota Jogja yang selalu menerima kami dengan hangat.

Sangat berbeda dengan trip kali ini. Perjalanan bisa dibilang ”RUSH” namun tetap memberikan cerita tersendiri di sudut ruang kota yang kami kunjungi hingga kami mencapai Jogja. Trip kali ini beranggotakan 14 orang yang berasal dari asal usul yang campur aduk. Enam orang diantara mereka belum pernah bertemu denganku sekalipun. Sulu, yang konon adalah seseorang yang sangat terkenal, Terry yang khusus datang dari Medan untuk trip ini (terharu), Iyenk dan Kisko dari Bandung, Ariel dari lampung dan Irwan yang ternyata masih tetangga dengan kosanku di Setia Budi. Nice to meet you guys.

Team Bandung (Palti, Siti, Kisko, Iyenk) dari jam 19.30, karena macet yang menggila, mereka baru sampai di kosanku pukul 24.00. Hari sudah berganti dan Rush ini sudah di mulai dari saat itu.

27 November 2009
14 orang berangkat dari Jakarta dengan sedikit insiden tertinggalnya 2 orang anggota di Menteng (Iyenk dan Kisko). Sungguh perjalanan yang dimulai dari satu insiden namun terkesan menggelikan. Perjalanan sesungguhnya dimulai jam 03.00 subuh. Sekitar pukul 10.00 kami mengisi perut di sebuah resto yang cukup besar. Jika dilihat dari luar, tempatnya meyakinkan, parkiran yang luas dengan lokasi dipinggir pantai.


Tertipu
Ternyata restoran ini adalah sebuah tempat yang sangat tidak worthed. Lama, mahal, nasi keras dan tidak enak.Nama restonya sebut saja Samula mula resto. Nama resto nya saya samarkan agar samula mula resto tidak bangkrut kehilangan pengunjung. Cukup lama kami disini, bukan karena kami ingin berlama-lama, namun karena kami lama menunggu makanan pesanan kami. Lama dan tidak enak membuahkan kecewa.

Selepas dari sana, mobil kami berhenti disebuah warung buah pinggir jalan. Kami membeli mangga Cianjur 1 Kg yang pada akhirnya mangga ini cuman termakan 2 buah, sisa yang lain tidak ketahuan nasibnya. Besar kemungkinan si mangga tertinggal di homestay saat check out. Malang benar nasib si mangga, semoga mas Anang menemukannya dan memakannya sampai habis. Mas Anang adalah suami dari artis ibu kota, yang tidak dapat membedakan antara Papa dan Bravo. Baca kisah perjalanan ini maka kalian akan tau maksud dari Papa dan Bravo.

Man of our car
Palti dan Agha adalah ”supir” dari mobil kami, mereka kami service dengan pijetan dan asupan makanan yang cukup selama perjalanan, berharap mereka tidak terserang kantuk. Di dalam mobil selain supir, kami juga punya ”The twin” yang selalu tidur sepanjang perjalanan. Kapanpun dan dimanapun, mau ada hujan badai dan gempa, the twin (Dina dan Siti) tetap terlelap di jok belakang mobil, menjaga barang-barang kami yang tertumpuk di belakang. Jok tengah di isi oleh 3 dara imoet (Susi, Chacha, Onie) yang tak boleh diam. Tugas kami yang berada di jok tengah adalah menemani sopir ngobrol dan memijat pundak sopir. Salah satu hal yang memprihatinkan terhadap mobil ini, adalah kami tidak dapat melaju lebih dari 60km/jam saat menggunakan AC. Mobil kami jalannya seperti keong. Kami selalu tertinggal jauh dibelakang mobil 800 (Plat mobil yang satu adalah D 800). Namun mobil 800 tidak dapat mengacuhkan kami, sebab EO ada di mobil ini, which is Palti dan Chacha yang telah memesan penginapan di Jogja.

Tegal dan Pekalongan
Mampir di tegal dan membeli tahu aci, lumayan merasakan jajan khas dari tegal.

Mampir di Pekalongan membeli batik. Kita tak kan mungkin bisa seperti ini apabila kami menggunakan jasa angkutan umun, kereta ataupun bis.Tak terasa hari kian sore dan beranjak malam. Suasana dalam mobil sudah mulai tak kondusif, sekitar pukul 20.30 kami akhirnya berhenti dan beristirahat untuk makan di Lombok Ijo, setelah hampir 30 menit kami habiskan untuk berputar putar mencari nasi gudeg rekomendasi dari 2 alumnus Undip (Irwan dan Ariel) yang tak dapat kami temukan juga.

Makanannya maknyus, entah karena memang enak atau karena kami sudah sangat lapar jadi apapun yang kami makan menjadi sangat enak, next time maybe we should try nasi gudeg rekomendasi itu. Setelah puas kami menjadi model di daerah sebuah gereja yang konon katanya (Ade) adalah simbol kota Semarang, kami kembali masuk kapsul Avansa dan memulai perjalanan panjang menuju kota Jogja.




Kota yang ditunggu
Sampai juga kami di Jogja setelah pergulatan dan pertarungan yang sengit antara capek dan ngantuk. Sungguh malam itu terasa sangat lelah sekali, kebetulan saat itu saya lagi menggantikan posisi dina sebagai The Twin, ternyata memang nyaman tidur di jok paling belakang. Mungkin karena sudah kelelahan juga, akhirnya saya tidur dan saat membuka mata, kota Jogja telah menyambut. Tugas kami selanjutnya adalah mencari alamat penginapan kami yang ternyata edan berliku. Penginapannya murah, hanya Rp 35.000/kamar satu malam. Sebenarnya adalah sebuah kos kosan yang kadang di sewakan sebagai homestay juga. Saat itu kami berjuang cukup keras untuk mendapatkan alamat ini, disana tertulis Kompleks Bring bring (seperti biasa, bukan nama sebenarnya) Blok P-1. Kompleks Bring bring berhasil kami temukan, kami mulai mencari blok P-1 yang ternyata setelah berputar-putar kompleks tidak kami temukan. Blok nya saja cuman sampai K kalau tak salah. Kami pun menelpon mas Anang, penjaga homestay, yang sedang menunggu kedatangan kami.
”Mas Anang, kami sudah di Kompleks Bring bring, ini Blok P-1 atau B-1?” Chacha mencoba mencari kebenaran dari keraguan ini.
”Haa??apa??” mas Anang terdengar bingung.
”Papa atau Bravo mas?” sahut Chaca
“Iya papa” mas Anang menegaskan
“P-1 ya mas? Bukan B-1?dari tadi kami dah muter-muter, tapi gk ada yang mpe P-1, adanya B-1 mas” Chacha kembali ingin menegaskan
Dengan santainya mas Anang menjawab
”Iya di B-1” (gubrak deh, langsung emosi seluruh penghuni kapsul Avansa D808)
Asal tau saja, nomer B-1 sudah 3 kali kami lewati saat mencari nomer P-1.

Good newsnya, kami sudah bisa istirahat meskipun hari sudah berganti, dini hari.

28 November 2009
Agenda hari ini adalah mengunjungi pantai, Pantai Sundak, Kukup dan Baron. Pantai nya biasa saja, harinya biasa saja, namun yang luar biasa karena bersama 3 dara imoet. Hahaha.


Di pantai baron terdapat pasar ikan, disana nampak juga banyak sekali perahu nelayan dan beberapa nelayan yang sedang membuat jala di pinggir pantai. Menu makan siang hari ini adalah seafood.

Jam sudah menujukkan pukul 14.00 raut wajah Agha nampak sedikit panik. Agha harus mengejar pesawat jam 16.00. Mobil D808 dan D800 berpisah disini, kami dengan mobil D808 mengantarkan Agha ke Bandara, sedangkan mobil D800 menuju pasar Bringharjo. Agha yang menyetir kali ini, dia terlihat sangat beringas, ngebut dan terkesan panik. Aku, Chacha dan Susy tak peduli, kami asik bercerita dan bergosip, the twin sudah terlelap, sedangkan Palti terlihat hanya diam. Setiap kali kami berhenti berbicara, Agha lantas berkata ”Jangan diam, ayo cerita lagi” Entah apa maksud si Agha ini, kami tak boleh berhenti berbicara, maka kami lanjut lagi bercerita dan bergosip sepanjang jalan. Untungnya kami dapat sampai di bandara dengan selamat dan Agha masih bisa check in. Posisi Agha untuk esok hari digantikan oleh kawan lama, Moe. Meskipun belum pernah nyetir jarak jauh, namun Moe memiliki tingkat ke-PD an yang sangat bagus untuk meng-upgrade skill yang dimilikinya. Great man, nice friend, Moe gitu lho. (dipuji biar besok-besok mau nyetir lagi :D)

Shoping time, Alun-alun selatan and Kopi Joss
Malam ini, kami mengunjungi toko Bintang Dagadu. Kami membeli cukup banyak disana, buat oleh-oleh orang rumah. Kami juga mengunjungi toko Mirota Batik. Lelah berbelanja, kami lanjutkan menuju alun-alun selatan. Disana sangat ramai dengan para pengunjung dan para penjual. Disana terdapat dua buah beringin yang tumbuh berdampingan. Menurut cerita yang berkembang, barang siapa yang dapat berjalan dari jarak yang telah ditentukan dan dapat melewati (ditengah) kedua beringin tersebut dengan mata tertutup, maka orang tersebut dapat meminta satu permohonan yang akan dikabulkan. Banyak yang mencoba, banyak yang gagal. Ada yang sudah hampir berhasil, namun beberapa langkah terakhir malah belok ke kiri. Ada juga yang berjalan dan kembali ke awal ia mulai. Sedangkan saya sendiri? Hampir menendang barang dagangan salah satu penjual disana.

Terdapat banyak sekali tempat penyewaan becak mini dan sepeda tandem disini. Harga penyewaan untuk sepeda tandem 2 adalah Rp 5000 untuk dua kali putaran alun-alun selatan. Sepeda tandem 3 Rp 10.000,- selama 15 menit. Saya dan Ariel sempat membuat gaduh sebab kami ngebut dan membuat pemilik sepeda marah karena kami sudah berputar lebih dari 2X. Maafkan kami ya pak, padalah saya mau nambah uang sewanya, namun karena bapak sudah terlanjur sakit hati, dan meninggalkan kami tanpa sempat berkata-kata.

Rute selanjutnya menuju angkringan Kopi Joss yang terletak di dekat stasiun tugu. Untuk para penikmat kopi, harus mencoba kopi ini. Kopi hitam biasa, namun sebagai pelengkap cita rasa, ditambahakan sebongkah arang yang panas membara di dalamnya. Saat arang masuk ke kopi terdengar berbunyi ”Josss....” Inilah mengapa dinamakan Kopi Joss. Konon katanya, Arang yang dipanaskan pada suhu diatas 250° Celcius akan menjadi karbon aktif yang berguna mengikat polutan dan racun. Konon karbon teraktivasi ini berguna untuk mengurangi ampas kopi, memperbaiki aroma, dan mengikat racun.

29 November 2009
Terry dan beberapa kawan yang lain belum pernah mengunjungi Borobudur, maka kami ke Borobudur dulu sebelum bergerak pulang ke Bandung melalui jalur Pantura. Siti, Moe, Palti dan saya tidak ikut masuk ke Borobudur dan lebih memilih menikmati segelas teh panas diwarung. Pukul 12.00 kami bergerak dari Borobudur menuju Bandung.

Hari ini bukan hari yang kami harapkan sebelumnya. Jalur pantura macet menggila.

30 November 2009
Terry ketinggalan pesawat jam 06.00. Pukul 11.00 kami sampai di bandara Sukarno Hatta, mengantarkan Terry ke Medan dan Irwan yang hendak ke Padang pukul 10.00. Sangat beruntung kawan satu ini, sebab Irwan masih boleh check in dikarenakan pesawatnya delay, sedangkan Terry terpaksa membeli tiket baru. Maka jadilah hari ini kami semua mangkir, korban jalur pantura.

Nice trip, but we better take jalur selatan for the next

Biaya perjalanan Jogja trip 26-30 November 2009 sekitar @Rp 350.000,-
Berikut beberapa rincian yang sempat tercatat :
Penginapan Rp 35.000/malam per kamar
Sewa sepeda tandem 2 Rp 5000,- per 2X putaran alun alun selatan
Sewa sepeda tandem 3 Rp 10.000,- per 15 menit
Sewa penutup mata beringin kembar Rp 3000,- untuk sepuasnya

1 komentar:

Adenina mengatakan...

hahaha.....tak terlupakan lah pokoknya mak :D