Senin, 13 Juli 2009

Rafting bersama Riam Jeram

Weekend 11-12 Juli 2009 adalah pertama kali nya saya mengunjungi operator Riam Jeram, Sukabumi untuk mengikuti acara outing dari salah satu vendor.

Sabtu 11 Juli 2009
Kami diturunkan dari bus di area meeting point Riam Jeram. Kemudian kami melanjutkan perjalanan menggunakan mikrolet menuju lokasi Riam Jeram. Disana kami dijamu dengan es kelapa muda yang segar. Duduk disaung dengan semilir angin yang sejuk sambil menikmati pemandangan Cicatih dibawah tebing.


Hari pertama di isi dengan 4 games dari fasilitator Riam Jeram. Kemudian kami bermain paint ball.
Pukul 18.00 kami menyelesaikan seluruh permainan dan bergegas untuk mandi dan makan malam. Ternyata para fasilitator dari Riam Jeram sangat penuh semangat dengan memberikan games-games setelah makan malam. Entah kenapa saat itu perut terasa sangat tidak enak, kembung dan sakit. Saya memutuskan tidak melanjutkan games-games terakhir dan lebih memilih menjadi fotografer dadakan. Saat tidur tiba, saya sangat tersiksa sebab perut terasa sangat sakit dan kembung. Saya tidak bisa tidur dan sangat gelisah. Akhirnya saya diare. Dua kali bolak balik kamar mandi dengan pup cair bak air keran.

Minggu 12 Juli 2009
Lengkap sudah penderitaan ku saat pagi hari saya memuntahkan semua makanan yang masih ada dilambung. Saat menunggu kamar mandi yang saat itu semua terisi, saya tak tahan kuasa dan akhirnya muntah dipinggir saung. Mohon maaf kepada pihak Riam Jeram karena saya sudah mencemari keindahan saung anda

SEMAANGGAATTT...!!!! setelah muntah, perasaan menjadi sedikit membaik, namun perut masih terasa mules. Saya tidak berani makan pagi itu. Hanya minun segelas teh hangat dan sebuah tempe goreng. Dalam hati saya berkata ”Gw gk mau nge-dayung tar, mo nyante-nyante aja jadi turis, kan lagi tatiiittt” hehehe...begitulah kira-kira niat licik dalam otak saya yang pada kenyataannya tidak terlaksana, sebab saya lupa kalau sedang sakit perut, senang bisa rafting di cicatih mengalahkan rasa lemas yang ada. Sekitar pukul 08.00 kami naik mobil bak terbuka dengan 3 kursi panjang di dalamnya dan menuju daerah lokasi start pengarungan. Perjalanan ternyata sangat jauh, sekitar 45 menit perjalanan menuju lokasi. Pengarungan kali ini katanya akan menempuh jarak sekitar 12.5 km dengan waktu tempuh sekitar 3 jam.

Cicatih....here I come!!!

Saya mendapat perahu yang lebih kecil dari yang lain, beranggotakan saya sendiri, Iyank, Exa, Mas Sigit dan Kang Aang selaku skiper. Kang Aang ternyata sudah sangat senior, beliau datang ke Cicatih sejak tahun 2006 tepatnya sejak Riam Jeram berdiri. Jangan-jangan beliau adalah anggota Aranyacala Trisakti. Ahaha..saya lupa bertanya.

Cicatih memiliki jeram-jeram yang sangat mengasikkan, sayang sekali kami berkunjung saat air sungai lagi dibawah debit normal, mungkin ada baiknya bisa mencoba lagi saat musim hujan, dijamin akan lebih mengasikkan. Disepanjang sungai saya sempat melihat beberapa ekor biawak, tak jarang terlihat sekelebat binatang dipohon, yang kata Kang Aang adalah monyet. beberapa kilomometer sebelum finish, kang Aang bertanya padaku ”Dulu waktu di kampus pernah belajar jadi skiper?”
”Iya pernah” jawabku
”Mau bawa gk?”
Duh...kapan lagi nge-skiper di Cicatih. Langsung saya beranjak dan berpindah posisi memegang kendali skiper. Wah...sdh sangat lama sekali saya tidak duduk diposisi ini. Meskipun sudah dibantu Kang Aang, namun rasa lemas sehabis diare sungguh menyita tenaga, waktu yang singkat, namun sangat menyentuh. Mungkin lain kali saat pengarungan berikutnya Kang Aang mau membantu me-refresh ingatan akan asyiknya bertualang membawa perahu.

Pengarungan pun berakhir, dan selanjutnya Flying Fox yang menjadi target selanjutnya. Peserta yang lain begitu sampai darat langsung bergegas mandi, mungkin dalam pikiran mereka air sungai yang coklat perlu segera dibersihkan dari badan. Takut gatal dan merasa tak nyaman. Saya, Iyank, Dewi, Mitha dan Mba Dewi lebih memilih duduk minum teh hangat sambil menunggu kru Riam Jeram untuk menyiapkan Flying Fox. Saat itu saya memilih gaya superman. ”AAAArrrrggghhhhhhhhh” mengapa setiap kali berada dalam ketinggian saya sangat gemetar. Ternyata fobia ketinggian tetap sulit aku hilangkan meskipun sudah beberapa kali memanjat tebing, vertical caving dan Flying Fox. Lengkingan suaraku sangat kencang dan membuat para kru tersenyum. Saat tiba dibawah mereka langsung berkata ”Ayo coba lagi, pasti lebih seru”. Lompatan kedua ternyata lebih mudah, superman is flying.


Setelah makan siang dan mandi, packing dan acara penutupan kami pun berpamitan. Sampai jumpa lagi Riam Jeram, sampai jumpa lagi Cicatih, sampai jumpa lagi Kang Aang dan para fasilitator. Terima kasih atas 2 hari yang menyenangkan ini.

Special thanks to team MIG : Mitha, Mba Dewi yang dah baik banget, Jolang, Mas Sigit, Exa, bos MIG yang dah nyiapin acara ini dan terutama Mba Dewi yang dah ngajakin gw ikutan outing anak-anak Transmisi planning.

3 komentar:

bayu mengatakan...

wahhh...
setelah membaca tulisan ini, jadi ingin mecoba...huhuu

onniechi mengatakan...

ayo dicoba, saat musim hujan skrg ini pasti lebih seru bermain main dengan jeram ^^

Leo Pekanbaru mengatakan...

Salam Kenal,
Kang Aang emang generasi pertama yg jadi skiper, dari 20 orang anak pramuka Sukabumi yg kami latih 6 bulan,dia doang yg bertahan sendiri sampai sekarang dan jadi karyawan. dia bukan anggota Aranyacala Trisakti tapi ilmunya sama dg anak rafting Ary mungkin lebih sekarang..