Minggu, 19 Juli 2020

Aku Belajar

Karena setiap hari adalah sebuah pembelajaran.
Aku belajar minum kopi dan teh tanpa gula, dahulu mana mau?!
Aku belajar melakukan olahraga di tempat gym setiap 3-4x/minggu, sebelumnya 1x/bulan saja sudah bagus.
Aku belajar untuk tidak mempermasalahkan masalah pekerjaan dan menjadikanku marah kepada orang lain. Dahulu aku bisa saja menyakiti perasaan orang yang lebih tua dariku karena profesionalisme pekerjaan tanpa mengenal sisi humanis perasaan orang lain.
Aku belajar bagaimana merelakan sebuah pengharapan kepada orang lain yang "mungkin" bukan untukku. Dahulu kala, aku bisa stress berkepanjangan dan menangis sepanjang malam.
Dan kini aku mulai belajar membiasakan perasaan tidak memiliki apa yang aku inginkan. Dimana dahulu selalu aku terbiasa mendapatkan apapun yang aku inginkan.

Aku belajar dengan sekuat yang aku punya untuk dapat hidup dengan kenangan bersama Papa. Ia yang mengajarkanku dari hal kecil dan besar, dari banyak hal baik dan hangat. Ia yang selalu menantiku pulang ke rumah dan memasak untukku setiap hari. Ia yang selalu menjadi dokter paling hebat untukku. Ia yang selalu memberikan apapun yang aku minta walau sebuah permintaan yang mungkin tidak akan pernah dikabulkan oleh orang tua manapun. Ia yang selalu percaya akan kemampuanku dan mendukung apapun pilihanku. Ia yang selalu bangga dan bahagia dengan apapun pencapaianku. Ia yang selalu aku rindukan walau tak dapat lagi aku temui.

Aku belajar untuk menjaga dan bahagiakan Mama setelah kamu pergi. Aku belajar untuk menjadi anak yang kamu banggakan dari surga, dan aku masih terus belajar untuk tidak menangis bila merindukanmu setiap hari.

Aku belajar hidup tanpamu, Papa.

Senin, 13 Juli 2020

Fokus sebuah kebahagiaan

Banyak orang berkata bahwa uang tidak dapat membeli sebuah kebahagiaan, atau dengan kata lain, uang tidak dapat membahagiakanmu. Dilain sisi juga banyak sekali orang yang menganggap uang adalah sumber kebahagiaan. Setidakbahagianya kita, akan lebih menyedihkan bila kita tidak punya uang. Tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar, namun menurut aku kurang tepat bila kita terlalu fokus dengan uang.  Aku bukan penganut orang bahagia harus punya banyak uang ataupun orang bahagia tidak harus dengan uang. Aku tidak ingin kebahagiaan itu dikendalikan pada benda mati seperti uang karena uang sendiri hanyalah ciptaan manusia.  Fokus kebahagiaanku adalah diriku sendiri. Apa yang benar-benar aku inginkan dan apa yang benar-benar ingin aku lakukan yang mana bila terwujud akan membuatku bahagia. Jadi bukan fokus pada uangnya yang hanya akan menjadi alat untuk mendapatkan kebahagiaan, namun fokus kepada diri sendiri. Aku tidak bilang bahwa untuk bahagia kita tidak perlu uang atau sebaliknya. Namun bila keinginan diri kita terpenuhi maka kita akan bahagia, terlepas apakah itu menggunakan uang atau tidak dalam mewujudkannya.

Kebahagiaan itu diukur pada satu peristiwa, keadaan, situasi dalam suatu waktu yang singkat atau untuk waktu panjang pada kehidupan seseorang. Kebahagiaan akan dirasakan seseorang dalam satu masa baik singkat terbatas atau dalam jangka waktu lebih lama. Karena hidup itu dinamis, salah satu mimpi atau harapan terpenuhi maka kebahagiaan akan dirasakan namun tidak akan membuat seseorang bahagia selamanya.

Satu contoh kecil ya.
  •  Aku bahagia kalau dapat jalan-jalan ke Eropa. 
  •  Aku bahagia kalau punya banyak uang jadi dapat jalan-jalan ke Eropa.
  • Aku bahagia kalau sudah punya pekerjaan dengan gaji besar untuk dapat jalan-jalan ke Eropa.
Pada contoh diatas, bentuk kebahagiaan point pertama adalah bisa jalan-jalan ke Eropa (diri sendiri). Fokusnya adalah pergi ke Eropa sehingga seluruh energi akan terfokus pada diri sendiri yang ingin liburan ke Eropa. Seperti yang kita tau, keinginan yang kuat akan dapat menuntun seseorang untuk mendapatkan apa yang diinginkan sehingga aku meyakini bahwa keinginan tersebut akan dapat terwujud baik menggunakan banyak uang ataupun tidak. Diri ini tidak peduli apakah harus punya banyak uang dahulu baru dapat liburan ke Eropa. Inti fokusnya adalah liburan ke Eropa yang dengan cara apapun tidak masalah. Apakah menang undian, dibayarin teman yang kelebihan uang, ada pekerjaan disana jadi sekalian liburan atau juga dengan uang banyak karena usaha dan pekerjaan sukses. Caranya bisa apa saja namun fokus kebahagiaannya ada pada diri sendiri jalan-jalan ke Eropa.

Sedangkan untuk poin kedua dan ketiga, fokusnya adalah uang sehingga segala upaya dan usaha akan dilakukan untuk mendapatkan uang. Usaha tidak akan membohongi hasil, maka orang yang benar berusaha mendapatkan uang banyak diyakini pada akhirnya akan dapat menghasilkan uang yang diinginkan, karena fokusnya adalah uang. Namun yang sering keliru karena terlalu fokus kepada uang, maka seluruh energi akan terpusat ke uang. Pada akhirnya setelah punya banyak uang ternyata tidak punya banyak waktu untuk liburan ke Eropa, atau ternyata tidak cukup sehat untuk liburan ke Eropa. Sehingga muncullah kalimat bahwa uang tidak dapat membeli kebahagiaan.

Fokuslah pada keinginan diri sendiri, bukan kepada uang karena uang hanyalah salah satu benda mati yang dapat mewujudkan keinginan tersebut. Bila fokus pada uang, maka saat uang didapatkan, tidak ada jaminan keinginan diri sendiri dapat terpenuhi. 


Rabu, 08 Juli 2020

Olahraga dulu dan kini

Salah satu cerita perjalanan juga berhubungan dengan perjalanan bentuk tubuh. Jadi kali ini aku ingin sharing pengalaman terkait berat badan dan kebiasaan olahraga selama ini.

Sejak jaman kuliah dulu, atau sekitar 15 tahunan yang lalu aku selalu suka berolahraga melalui organisasi pecinta alam kampusku. Olahraga buatku adalah sesuatu yang dilakukan di luar ruangan (di alam) dengan skill tertentu seperti, arung jeram, panjat tebing, hiking/mountaineering, cycling, caving, ataupun diving. Jadi olahraga seperti lari atau jogging itu aku anggap hanya sebagai pemanasan sebelum berolahraga. Hampir setiap minggu aku memiliki kegiatan keluar kota diakhir minggu untuk melakukan kegiatan di alam terbuka. Dan dengan padatnya kegiatan yang ada aku pernah memiliki jadual kegiatan selama 15 hari non-stop untuk melakuan latihan, naik gunung, panjat tebing dan penelurusan goa di empat lokasi berbeda (Bandung, Padalarang, Jogjakarta dan Sukabumi). Cerita perjalanan ini sudah pernah aku tulis di blog ini dengan judul 14-30 Juni 2007. 

Hobi berkegiatan di alam terbuka membuat tubuh selalu fit dan terhindar dari stress. Pernah suatu ketika aku masih menjadi anggota muda di ASTACALA dan melakukan perjalanan ke Gn. Salak dengan beberapa rekan senior di organisasi. Saat itu aku mengikuti kegiatan tersebut lebih karena ada unsur merasa "gak enak"bila tidak ikut sebab selain ingin aktif di organisasi aku juga selalu kepikiran dengan tugas-tugas perkuliahan yang banyaknya segambreng. Sehingga di gunung sepertinya aku terlihat merenung dan sedikit terlihat banyak berpikir. Salah seorang kakak senior pun bertanya, 

"On, kenapa lu?"
"Ada tugas belum selesai kak"kataku dengan sedikit resah gundah gulana.

Kakak senior kala itu bukannya berempati namun dijawab santai, 

"On, kita ini naik gunung bukan untuk menyelesaikan masalah di kota. Yang ada di kota tinggalin di sana, kita disini untuk naik gunung"

Aku berpikir, benar juga ya, dengan memikirkan masalah di kota saat berada di gunung itu tidak menyelesaikan masalah di kota, dan sejak saat itu gunung, sungai, goa dan tebing menjadi tempat aku bermain, berolahraga dan mencintai alam dengan lepas dan bebas. Balik ke kota baru aku menyelesaikan masalah di kota. Kebiasaan berolahraga ini selalu aku usahakan untuk terus dilakukan walau telah lulus dan bekerja. Aku sempat mengganti olahraga dengan bersepeda di Jakarta dan sesekali melakukan scuba diving sebab waktu libur dan cuti ketika bekerja sangat terbatas bila aku ingin tetap melakukan hobi seperti dahulu kala. 

Pada tahun 2010, aku bersama teman-teman ASTACALA melakukan perjalanan ke Gn. Semeru, dan aku memutuskan untuk berhenti naik gunung setelahnya. Aku merasa naik gunung sudah bukan "my things" lagi setelah bekerja. Sangat sulit mencari waktu dan sangat lelah rasanya karena badan sudah tidak terbiasa seperti dahulu kala. Namun masih tersimpan satu gunung yang ingin dan berharap suatu saat nanti dapat aku kunjungi, Kilimanjaro.

Hari demi hari dan bulan berganti tahun, aku kini sudah sangat jarang berolahraga. Bahkan untuk sekedar bersepeda juga sudah hampir tidak pernah. Pekerjaan saat ini mengarahkanku untuk lebih banyak melakukan perjalanan dari satu kota ke kota lain sehingga seakan tidak ada lagi tenaga untuk dapat aku sisihkan dalam berolahraga. Entah apa yang terjadi pada dunia ini, di tahun ini semua seperti terhenti dan seluruh dunia tidak dapat melakukan perjalanan karena adanya pandemi Covid19. Lucu karena pandemi ini aku melakukan sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Aku mengakui bahwa lari adalah olahraga dan kini aku terobsesi untuk melakukan jogging setiap hari untuk latihan dan mungkin pada waktunya aku ingin mengikuti marathon.

Tidak banyak yang dapat aku lakukan selama masa pandemi, lari di tempat Gym atau di pinggir pantai ternyata membuat aku lebih bahagia. Ah, ternyata diri ini memang tidak bisa lepas dan jauh dari yang namanya latihan dan berkeringat! Pandemi ini mengajarkan aku untuk lebih menghargai setiap bentuk olahraga dan menjadi langsing kembali tanpa lemak jahat. ha ha ha! Terima kasih semesta atas kasih sayangmu padaku. xoxo


Senin, 06 Juli 2020

Europe Trip (Prolog)

Satu tahun yang lalu, di bulan Mei aku akhirnya dapat memenuhi dua buah wishlist yang sudah sangat lama ingin aku lakukan, yaitu melakukan perjalanan ke Eropa dan melakukan perjalanan solo. Solo trip sudah menjadi salah satu wishlist ku sejak lama namun belum juga kesampaian, karena berbagai alasan klise, aku gak suka jalan sendirian. Ya, sebenarnya aku bukan tipe traveler yang suka jalan sendirian, solo trip merupakan sebuah hal yang sangat aku hindari namun sangat penasaran ingin aku lakukan sehingga walau tidak suka namun aku juga ingin melakukannya. Mungkin sudah 5 tahun sejak pertama kali keinginan ini muncul hingga akhirnya aku memutuskan untuk melakukan solo trip ke Eropa. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya aku yakin untuk melakukan solo trip dengan berbagai pertimbangan mendasar :
1. Eropa Barat adalah negara yang cukup aman dilakukan seorang diri, saat itu aku merencanakan untuk mengunjungi negara-negara mainstream di Eropa sehingga menurutku ini adalah saat yang tepat untuk melakukan solo trip.
2. Aku punya beberapa teman yang tinggal di Eropa dan ingin mengunjungi mereka kesana. Jadi sebenarnya selama di Eropa aku tidak benar-benar sendiri karena aku tinggal di rumah teman dan mereka kadang menemaniku. 
3. Tidak ada waktu lagi untuk melakukan perjalanan panjang dengan sekelompok teman karena aku melakukan perjalanan ini dengan cukup mendadak.

Ini adalah perjalanan terpanjang yang pernah aku lakukan selama bekerja, dengan cuti selama 10 hari dan kombinasi tanggal merah dan weekend, total ada 16 hari berada di Eropa. Bahkan karena merasa perjalanan ini akan sangat jauh, aku memutuskan untuk membuat 2 visa, England dan Schengen sehingga saat itu aku dapat mengunjungi beberapa kota di Belanda, German, Perancis dan Inggris. Pada postingan berikutnya aku akan share itinerary perjalanan selama di Eropa dengan seluruh cost dan rekomendasinya. 

Prolognya sampe sini dulu.

Minggu, 05 Juli 2020

Wahai Malam

Pada suatu masa aku menikmati sebuah malam yang sangat indah.
Sinar rembulan menyinari lembah yang dingin, dimana sesekali kabut tipis bergerak melambat diantara pohon dan rumput yang seakan melambai ke arahku. Mata ini menatap lirih, betapa indah semesta tercipta untuk manusia dapat menikmatinya.

Beribu malam tlah berganti, indah malam itu di alun-alun surya kencana masih terlihat nyata dengan sangat menawan dihati ini. Malam kini terasa sedikit lebih tenang tanpa hiruk pikuk kumpulan manusia yang sedang menikmati kopi dan bercengkarama, maupun tawa dalam padatnya dunia malam, tanpa keramaian sebuah pagelaran ataupun sebuah pesta dipinggiran pantai yang landai. Dunia seperti sedang beristirahat dan melambat tanpa banyaknya manusia yang berkumpul untuk menikmati malam dengan cara-cara yang mereka suka.

Selamat malam bumiku yang sedang berjuang untuk kembali normal. Tidak ada bagiku sebuah kenormalan baru, tidak ada bagiku sebuah ketidaknormalan dinyatakan sebagai sebuah normal yang baru. Buatku, bumi ini selalu indah dengan caranya sendiri. Kami, manusia sebaiknya kembali belajar bagaimana mencintai bumi dengan apa adanya. Hidup berdampingan dengan keselarasan dan keseimbangan.

Selamat malam, dahulu, kini dan nanti engkau yang selalu menawan, wahai malam.