Senin, 13 Juli 2009

Indahnya Hubungan PRT dan Majikan Asal Malaysia

Topiknya agak gk nyambung dengan tema blog, tapi sangat bagus dan bisa memberikan kita sedikit pandangan yang berbeda terhadap pemberitaan PRT Indonesia di Malaysia saat ini. Sekali kali gk nyambung dimaafkan lah yaaa

Senyum bahagia tampak tak pernah lepas dari wajah Eka Agustiningsih (38) ketika bersanding di pelaminan dengan Edi Taufik (48), suami yang baru saja menikahinya, Minggu (12/7) pagi.

Senyum itu tidak untuk dirinya sendiri, tetapi juga dibaginya kepada sekitar seribuan undangan yang datang ke pesta pernikahan yang pada hari itu digelarnya di Rumah Gadang Banuhampu di Jalan Sutrisno/Antara Medan, Sumatera Utara.

"Menurut abang, kira-kira apa yang sedang saya rasakan saat ini. Tentulah happy," katanya sambil tetap tersenyum bahagia ketika ditanya perasaannya setelah menikah di tanah kelahirannya.

Eka, begitu ia biasa dipanggil, sejak tahun 2003 bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di Kuala Lumpur, Malaysia. Dia bekerja pada Dato’ Abdurrahman, pemilik beberapa perusahaan di sejumlah negara dan berada di bawah naungan "Rahman Brothers". "Pak Dato’ mengelola usaha biro perjalanan wisata dan showroom mobil, tidak hanya di Malaysia, tetapi juga di Shanghai dan bahkan di London," ujar Nuryawan Saputra, adik kandung Eka yang pada hari itu bertindak sebagai wali nikah bagi kakaknya.

Meski tampak sangat berbahagia, wanita kelahiran Medan, 9 Agustus 1971, itu juga mengaku diliputi kesedihan yang sangat mendalam karena dia dan suaminya telah memutuskan untuk menetap di Medan. Rencananya ia akan tinggal di Belawan, Medan, tempat kelahiran sekaligus rumah tempat tinggal suaminya. "Saya sangat sedih karena pernikahan ini akan membuat saya harus berpisah dari keluarga Pak Dato’ yang sudah saya anggap seperti keluarga sendiri. Saya pasti tidak akan pernah bisa melupakan kehidupan saya di Kuala Lumpur, meski saya hanya seorang pembantu rumah tangga," katanya.

Kendati demikian, ia menyadari tidak selamanya ia harus menjadi seorang PRT. "Memang berat, tapi demi masa depan semua ini harus saya jalani. Saya tentu juga ingin memiliki kehidupan sendiri, punya rumah tangga sendiri," ujarnya.

Menurut Eka, hubungannya dengan keluarga Dato’ Abdurrahman tidak seperti hubungan antara seorang PRT dan majikan, tetapi lebih seperti hubungan seorang anak dengan ayahnya. Dia tidak pernah mendapat perlakuan kasar, sementara hak-haknya sebagai PRT juga selalu diberikan. Tidak hanya sampai di situ, setiap tahun ia juga selalu diajak jalan-jalan ke luar negeri, semisal ke Singapura, Brunei Darussalam, dan bahkan juga ke Bali.

"Setiap tahun di Kuala Lumpur kan ada ’musim cuti’. Jadi kita bisa pergi ke mana saja yang kita suka dan bahkan juga bersama keluarga Pak Dato’. Kalau pulang ke Medan jangan ditanya, pasti selalu diizinkan kalau kita memang harus pulang," ujarnya.

Bahkan, beberapa PRT atau pekerja lainnya juga sudah diajak melaksanakan ibadah umrah ke tanah suci Mekkah. "Pak Dato’ punya banyak pekerja, baik sebagai pembantu rumah tangga, maupun di perusahaan, dan beberapa bahkan sudah diajak umrah," katanya.

Kepada Eka Agustiningsih, Dato’ Abdurrahman juga memberikan perlakuan yang istimewa. Meski tidak sempat dibawa umrah, tetapi ia ikut membiayai pesta pernikahan sekaligus mendirikan sebuah musala di kampung halaman mantan PRT-nya itu.

Menangis

Dato’ Abdurrahman juga datang ke pesta pernikahan Eka Agustiningsih dan Edi Taufik. Dia tidak datang sendiri, tetapi juga membawa istri, anak-anak serta sejumlah anggota keluarga dan beberapa relasi bisnisnya. "Jumlah tamu dari Kuala Lumpur sekitar 20 orang, satu bus pariwisata," ujar Neli, salah seorang kerabat dekat Eka Agustiningsih.

Dato’ Abdurrahman sendiri bahkan tidak bisa menahan perasaan harunya ketika diminta pihak keluarga mempelai untuk memberikan kata sambutan menjelang proses pernikahan. Ia tampak meneteskan air mata. "Keluarga kami merasa sangat-sangat kehilangan karena mulai kini Eka tentu tak lagi bersama kami di Kuala Lumpur," katanya sambil sesekali menyeka matanya yang basah.

Bagi dia dan keluarganya, Eka tidak lagi dipandang sebagai seorang PRT, tetapi lebih seperti keluarga sendiri. Karenanya ia berharap Eka Agustiningsih tidak begitu saja melupakan keluarga di Kuala Lumpur. "Kami harap Eka sekali-sekali tetap mau datang ke Kuala Lumpur. Pintu rumah kami akan selalu terbuka buat Eka dan keluarga. Bila nanti kami ada kesempatan, mohon kami dizinkan pula untuk boleh datang menjenguk keluarga di sini," katanya nyaris terisak.

Eka sendiri, ketika ditanya pendapatnya tentang nasib PRT di Malaysia yang sering mendapat perlakuan tidak pantas dari majikannya, mengaku sangat beruntung mendapatkan majikan seperti Dato’ Abdurrahman. "Saya beruntung menjadi pembantu Pak Dato’, mungkin karena dia keturunan Melayu. Memang banyak juga kawan-kawan yang mendapat perlakuan tidak wajar dan tidak pantas dari majikannya, tapi biasanya jika majikan mereka itu berasal dari etnis lain, dan itu pun tidak semuanya begitu," katanya.

Menurut Eka, segala sesuatunya terpulang kepada masing-masing individu itu sendiri, baik itu pekerja, maupun majikannya. "Kalau kita baik, tentu majikan juga akan berperilaku baik kepada kita," katanya.

Apa pun yang dialami pekerja Indonesia di negeri jiran dan juga di banyak negara lain, menurut dia, sepenuhnya tergantung kepada pribadi masing-masing. "Karena yang pasti semua majikan itu kan juga manusia," katanya.

dikutip dari kompas.com

Tidak ada komentar: