Rabu, 24 Agustus 2011

Pelajaran sebuah senyum

Pikiran melayang dan menapaki suatu stadium dimana pikiran liar menari-nari memenuhi neuron-neouron otak dan membuatnya berdansa. Suatu masa yang mana setiap manusia di bumi ini sering melakukannya. Berkhayal dan bermimpi adalah pra-langkah kita dalam mencapai tujuan yang besar.

Mimpi adalah kunci untuk membuka pintu masa depan. Dari sebuah mimpi, anak seorang petani dapat bersekolah hingga ke Jepang dan menjadi peneliti hebat. Orang-orang yang berani bermimpi adalah orang dengan satu langkah lebih awal menuju sukses.

Mungkin pada suatu ketika saya ingin bertanya kepada seorang pengemis dijalan, seorang tuna wisma, ataupun seorang penjual jamu gendong. Apakah mimpi dari mereka?

Seorang ibu dengan jamu gendong bawaannya terlihat keluar dari sebuah gang sempit. Masih jam 3 sore hari, sekitar 3 jam menjelang buka puasa. Ibu itu tersenyum padaku sembari dia berjalan untuk memulai menjajakan jamu jualanannya. Ah, siapakah yang akan meminum jamu di jaman yang modern ini? Masih 3 jam menjelang buka puasa, apakah ibu ini hanya mengisi waktu saja berjalan selama 3 jam sebelum orang berbuka? Negara ini, atau lebih tepatnya, kota ini memang bhineka tunggal ika, tidak semua beragama muslim dan berpuasa. Namun, pikiran ini tak henti ingin bertanya, kemana gerangan ibu ini berjualan?

Sebuah senyum yang dia sampaikan sesat ketika menatap saya seakan ingin mengucapkan sebua mimpi yang ia miliki. Entah apapun mimpi dari ibu penjual jamu gendong, senyum yang ia ciptakan sebelum berangkat bekerja adalah awal yang baik untuk memenuhi mimpinya.

Terima kasih atas pelajaran hari ini, sebuah senyum sebelum beraktifitas dalam menggapai mimpi.

Tidak ada komentar: