Senin, 11 Mei 2009

Kebun Binatang Ragunan

Hari minggu tanggal 26 April, untuk pertama kalinya saya mengunjungi Kebun Binatang Ragunan. Tempat ini merupakan target operasi para penghuni kota Jakarta saat hari libur tiba. Selain karena ongkos kesana relative murah. Naik busway pulang pergi (PP) hanya Rp 7.000, ongkos masuk ragunan untuk dewasa Rp 4.000 sebuah harga yang cukup bersahabat untuk seluruh lapisan masyarakat.

Kurang tau jam berapa tepatnya, namun saat itu hari sudah siang saat saya dan Siti bergerak menuju Kebun Binatang Ragunan. Suasana disana sangat ramai, banyak sekali keluarga yang berpiknik disekitaran kebun binatang. Banyak orang yang menawarkan penyewaan tikar, dan terlihat banyak juga penjual kelinci dan marmot di depan pintu masuk kebun binatang. Saya dan siti cukup kecewa saat kami sadar tidak terlalu banyak binatang yang dapat kami nikmati. Atau kami kurang ulet dalam mencari kandang hewan yang memang terletak saling berjauhan? Kijang, gajah, ular, komodo, beruang madu, orang utan, dan berbagai macam burung. Hari mendadak hujan membuat kami harus segera berteduh dan tidak sempat untuk melihat macan dan hewan lainnya. Kami memilih berteduh di dalam sebuah warung makan. Siti memesan mie goreng, dan aku memesan bakso. Rasa dan tampilannya cukup mengecewakan, apalagi saat membayar mie goreng asin dan mini seharga Rp 15.000 membuat semuanya sempurna, sempurna kecewa.


Masih sedikit gerimis saat kami memutuskan untuk kembali berjalan di sekitaran kebun, berjalan keluar sambil sedikit melihat lihat kandang hewan yang kebanyakan nampak kosong. Para penghuninya lebih memilih berteduh didalam liangnya dari pada keluar dan menyapa kami. Saat beristirahat, saya melihat tiga orang wanita paruh baya sedang mengikat karung putih yang sangat besar. Dapat dipastikan isinya adalah sampah, sampah para pengunjung ragunan yang sudah dipaket kedalam karung-karung tersebut. Satu persatu karung diikat, dan mereka mengangkat karung tersebut untuk dipindahkan entah kemana. Saat itu aku hanya ingin mengabadikan moment dimana mereka sedang bekerja layaknya pria dengan tenaga wanita paruh baya. Besar karung itu hampir sama, bahkan lebih besar dari badan mereka. Entah apa yang ada di dalam pikiran mereka saat melihatku sedang memotret mereka.


Tak lama setelah dua wanita pergi mengangkat karung putih itu, beberapa orang datang lagi, dan semuanya wanita. Apakah pekerjaan seperti ini di ragunan memang diperuntukkan kepada wanita? Entahlah, saat itu siti nampak sedikit bergegas untuk pulang, dan kami pun menyudahi perjalanan ini dan memutuskan untuk keluar. Tak disangka kami bertemu segerombolan burung pelikan yang tengah bermain di tengah danau yang memang diperuntukkan kepada mereka. Sungguh anggun, putih dan elok. Satu diantaranya bahkan tidak takut berada dekat dengan pengunjung, bahkan seperti mempersilahkan kami untuk memotretnya dari jarak dekat.


Perjalanan kami di Ragunan, ditutup dengan senyuman manis seekor pelikan. Selamat tinggal Ragunan, mungkin lain waktu saya akan mengunjungimu lagi dengan kamera yang lebih besar, lebih berat, dan lebih bagus tentunya. Hahahaha.


Tidak ada komentar: