Kamis, 03 Februari 2011

Suatu masa di tempat yang indah, Alun-alun Surya Kencana

Saya tiba-tiba terusik akan suatu peristiwa, suatu masa, di suatu tempat yang indah, alun-alun Surya Kencana, Balai Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (BTNGP), Jawa Barat. Seakan memiliki suatu utang yang belum terbayar, saya merasa diminta untuk menuliskan sepenggal kisah perjalanan saya.

Alun-alun Surya Kencana
Walaupun ini merupakan kali kedua saya mengunjungi BTNGP, namun ini kali pertama saya bermalam di lembah yang sangat terkenal itu. Alun-alun Surya Kencana merupakan lembah yang sangat luas dengan padang rumput yang ditumbuhi banyak sekali bunga Edelweis (Anaphalis javanica). Disana mengalir satu sungai kecil dengan air yang sangat jernih. Sumber air selalu menjadi favoritku bila mendaki gunung. Air yang jernih dan rasa dingin yang segar memberikan kepuasan dahaga yang tak terkira.

Sekitar 2,5 tahun yang lalu, 20 April 2008 saya terbangun ditengah senyap dan dinginnya malam, alun-alun Surya Kencana. Jam tangan saya menunjukkan pukul 04.15. Tidur yang kurang nyenyak membuat saya memutuskan untuk keluar tenda. Sekedar untuk mencari tau pemandangan seperti apa yang akan disajikan alun-alun Surya Kencana kala menyambut pagi.

Udara dingin yang menusuk tulang menyapaku seketika saat saya membuka resliting tenda dome. Hawa subuh yang sangat dingin, tidak bisa menahanku tuk terus mengagumi keindahan yang disodorkan padaku. Alun-alun Surya Kencana yang sangat luas terlihat berselimutkan kabut dengan diterangi cahaya bulan purnama seakan ingin menyapaku, “selamat pagi”.

Mata ini tak puas-puasnya memandang hamparan lembah yang terlihat begitu anggun dengan sehelai selendang kabutnya yang tipis. Cahaya bulan purnama pun menyempurnakan keanggunan itu. Segelas teh hangat yang kubuat tuk melawan hawa dingin, menjadi teman yang tepat untuk menikmati moment indah yang entah kapan bisa kunikmati lagi.

Menjelang pukul 05.00, kabut tipis yang menyelimuti perlahan mulai menghilang dan memberikan ruang kepada bulan dan bintang-bintang tuk menemaniku dengan lebih dekat. Sungguh jelang pagi yang sempurna, hingga keheningan pecah karena suara teriakan dari para pendaki lain yang telah terbangun dari tidurnya.

Jatuh cinta dengan suasana pagi di alun-alun Surya Kencana membuatku memutuskan untuk menikmatinya perlahan. Hal ini lah yang membuatku terus teringat landscape indah yang juga terukir indah di dalam memory otak ini. Alun-alun Surya Kencana, entah kapan saya bisa menikmati kesunyian dan keheninganmu lagi. Saat cahaya rembulan, kabut tipis, dan segelas teh menjadi teman dekatku saat pagi menjelang.

Mitos
Menurut mitos yang berkembang, alun-alun Surya Kencana merupakan tempat tinggal dari Pangeran Surya Kencana. Bupati pertama, pendiri kota Cianjur, Jawa Barat, Pangeran Arya Wiratanudatar konon memiliki hubungan dengan putri jin hingga mempunyai anak yang dinamakan Pangeran Surya Kencana. Pangeran Surya Kencana kemudian tinggal di lembah lereng Gn. Gede yang kemudian lembah tersebut dinamakan sesuai dengan namanya. Pangeran Surya Kencana memiliki 2 orang putra yakni, Prabu Sakti dan Prabu Siliwangi. Menurut cerita dari beberapa pendaki, kerap terdengar derap langkah kuda yang berlari di alun-alun Surya Kencana, konon kejadian ini merupakan pertanda bahwa Pangeran Surya Kencana sedang berada disana dan dikawal oleh prajurit.

Catatan penulis
Apabila anda menginap di alun-alun Surya Kencana pada hari Sabtu atau Minggu, anda akan bertemu dengan para penjual nasi kuning dan nasi uduk di pagi hari. Sekitar pukul 03.00 subuh para penjual yang berasal dari desa Gn. Putri ini mulai mendaki hingga sekitar pukul 05.00 tiba di alun-alun Surya Kencana. Mereka menjual sarapan kepada para pendaki di ketinggian 2750 mdpl. Harga satu bungkus nasi kuning/nasi uduk ini hanya Rp 5000,- (tahun 2008). Nasi nya masih hangat, enak sekali dengan campuran lauk tempe dan mie goreng. Apabila anda penasaran dengan nasi kuning/uduk alun-alun Surya Kencana, pastikan anda menginap disana hari Sabtu/Minggu. Gn. Gede menjadi sangat ramai pada hari Sabtu/Minggu itulah sebabnya mereka hanya menjual di hari tersebut, disamping karena mereka juga memiliki pekerjaan lain pada hari lainnya.

foto dan mitos dari berbagai sumber

Tidak ada komentar: