ARTI DAN MAKNA JURNALISTIK
Hari ini aku belajar banyak sekali tentang penulisan jurnalistik. Mulai hari ini, Rabu(26/1) hingga Sabtu (29/1) aku akan mengikuti serangkaian pelatihan jurnalistik bersama 8 orang rekan yang lain di redaksi Fajar, Gedung Graha Pena, Makassar. Dengan basic yang sangat jauh dari hal jurnalistik dan kebiasaan penggunaan kata-kata yang tidak baku, ternyata cukup membuatku kelabakan saat menyelesaikan tugas penulisan straight news hari ini. Tak sedikit pula banyak point-point critical saya lakukan saat menyelesaikan tugas. Jujur saya tidak puas dengan hasil hari ini. Namun point positifnya adalah, aku dapat menyadari letak kesalahan itu, dan akan menjadi peringatan untuk tidak melakukan kesalahan yang sama dikemudian hari.
Materi pertama dibawakan oleh Kepala Kompartemen halaman-1, Uslimin, yang dimulai sekitar pukul 09.30 dan berakhir sekitar pukul 11.30. Ada 6 modal dasar yang harus dimiliki oleh seorang wartawan. Seorang wartawan harus penuh “semangat” sebab pekerjaan sebagai wartawan penuh dengan tantangan dan halangan. Tidak memiliki semangat yang bagus akan membuat seorang wartawan mudah ter-demotivasi. Seorang wartawan juga harus memiliki loyalitan dan militansi terhadap media yang diusungnya. Saat kejujuran dan objektivitas seorang wartawan dipertaruhkan, ia juga harus memiliki kemampuan yang ingin terus belajar dan kreatif dalam menyelesaikan berita yang ditugaskan. Satu hal yang sangat penting yang dibutuhkan seorang wartawan adalah kedisiplinan. Sebab tanpa modal ini, seorang wartawan yang tidak disiplin hanya akan menjadi kartu mati, meskipun ia dapat menulis berita yang bagus.
Seorang wartawan juga harus memahami dengan benar 11 pasal dari kode etik jurnalistik di Indonesia. Ini adalah pegangan dari seorang jurnalis untuk memuat beritanya di media. Ada satu hal yang menarik perhatian, ada disebutkan, kebijakan media. Kebijakan media ini adalah kebijakan yang diambil oleh media untuk tidak mengupas habis data dan fakta yang ada apabila pemberitaannya dapat menimbulkan dampak yang sangat besar. Harian Fajar termasuk salah satu media yang menjunjung nilai peace journalismII, dimana data dan fakta tidak selamanya harus dibuka secara telanjang.Materi ini berlangsung sekitar 2 jam, cukup lama namun menjadi sangat bermanfaat karena nara sumber banyak berbagi kisah pengalamannya selama menjadi wartawan.
SERPIHAN DATA YANG MEMBANGUN BERITA
Masih pada hari dan tempat yang sama (26/1), Gedung Graha Pena, materi ke-2 dimulai sekitar pukul 11.45 dan berakhir sekitar pukul 13.00. Kepala Kompartemen haman olahraga, Ruslan Ramli, membawakan materi mengenai unsur-unsur berita dan kelengkapan berita. Bertempat masih di ruang redaksi harian Fajar, Ruslan Ramli mengingatkan peserta bahwa unsure berita dasar adalah 5W+1H (what, where, when, why, who dan How). “Why” adalah aspek yang sangat sulit ditemukan titik ujungnya, sebab pertanyaan ”kenapa “ akan terus saling terkait satu sama lain dengan jawaban yang muncul. Sedangkan “Who” secara sederhana mudah untuk diketahui, namun akan menjadi rumit bila terkait banyak pihak yang terlibat.
Seorang wartawan harus memiliki banyak data untuk menjadikan berita tersebut akurat. Keakuratan data adalah hal yang sangat mutlak dalam sebuah berita. Kesalahan pemuatan berita akan merugikan semua pihak yang terkait, mulai dari atasan hingga bawahan selevel tukang parkir. Sebuah angle yang menarik dalam sebuah berita dapat diangkat dan menjadi inti dari berita itu sendiri.
BAHASA YANG BAIK MEMBUAT BERITA MENYENANGKAN
Bahasa menempati posisi yang sangat penting dalam penulisan berita, itulah yang menjadi pokok pembicaraan dari Redaktur harian Fajar, Basri, selaku pemateri ke-3 dalam pelatihan jurnalistik di Graha pena (26/1). Materi Ragam Bahasa dibawakan 1 jam dan seharusnya disiapkan dengan waktu lebih lama sebab bahasa merupakan nilai dasar untuk membangun sebuah berita yang menarik. “Seharusnya saya membawakan materi ini 2 jam, namun waktu hanya diberikan hingga jam 3” kata Basri saat memulai membawakan materi.
Penulisan tanda baca, titik dan koma, merupakan permasalahan bahasa yang penting untuk dipahami. Disamping itu, penggunaan hurup kapital ternyata memiliki fungsi yang sangat penting saat menyebutkan gelar seseorang tanpa diikuti nama, namun merujuk pada tokoh tertentu. Inilah hal hal penting yang sebelumnya tidak saya perhatikan. Saya sangat berharap bisa belajar banyak dalam hal penulisan bahasa yang baik.Parameter-parameter yang membangun sebuah berita adalah sebagai berikut:
1.Judul : maksimal terdiri dari 7 kata
2.Sub Judul : maksimal terdiri dari 6 kata
3.Teras berita : maksimal terdiri dari 4 kalimat, dimana 1 kalimat 12 kata
4.Satu alinea : maksimal terdiri dari 4 kalimat
5.Satu Kalimat : maksimal terdiri dari 12 kata
Sebuah berita harus dapat menunjukkan kata-kata sebagai berita yang memiliki nilai sopan dan sipaktau, bukan mengejek. Tepat pukul 15.15, Basri menyelesaikan bahan materi sekaligus menutup sesi pelatihan pada hari ini.
========================================================================
Aku sempat merasa sangat bodoh karena sebelumnya benar-benar tidak aware akan hal-hal penting yang disampaikan pemateri. Selama ini aku hanya terbiasa dengan gaya penulisan perjalanan. Walaupun aku menyadari begitu banyak kesalahan yang aku buat dalam tugas penulisan straight news yang aku kumpulkan tadi, namun senang sebab aku menyadarinya.
Rabu, 26 Januari 2011
Selasa, 25 Januari 2011
Fun bike bersama mobil dan motor
Diawali dari pagi hari yang terlihat cerah tanpa ada tanda-tanda air hujan akan turun dimana telah seminggu ini hujan mengguyur kota Makassar. Pagi pukul 05.30 aku sudah bersiap siap untuk mengeluarkan sepeda untuk dipompa bannya. Sepatu, helm, kacamata, air minum dan Sony Ericson seri Walkman sudah lengkap menemani aku untuk mengikuti acara fun bike pertamaku di kota Makassar, Fun Bike for Nature, yang diadakan oleh Kompas hari Minggu, tanggal 23 Januari 2011. Sangat antusias, itulah yang kurasakan saat meng-gowes sepeda keluar dari kompleks rumah menuju jalan raya. Menurut info dari koran lokal yang kubaca sehari sebelumnya, akan ada 7 ruas jalan yang ditutup untuk acara ini, termasuk jalan rumah saya, Jl. Andi Tonro.
![]() |
Gowes Holic Makassar |
![]() |
Para peserta Fun Bike |
Rute fun bike itu sendiri start dari kantor Kompas di Jalan Pengayoman, lalu ke Jl.Pettarani - Sultan Alaudin - Andi tonro - Kumala - Dr. Ratulangi - Haji Bau dan masuk ke HM.Patompo (eks Jl. Metro) dan finish di Trans Studio.
Sangat jauh dari bayanganku, ternyata rute tersebut tidak ditutup, hanya dikawal polisi. Saat gowes, kami masih bisa bertemu dengan pengendara motor, mobil bahkan angkot sekalipun. Tak heran fun bike kali ini masih tetap harus hati - hati terhadap motor yang kadang masih juga melaju cukup kencang diantara para bikers. Cukup prihatin, karena kami terlihat membuat macet jalan, polisi hanya menutup jalan sementara sampai kami melewati ruas jalan tersebut dan langsung membukanya kembali untuk umum. Kami pun tak dapat meng-gowes dengan cukup cepat karena jalanan harus dibuka terlebih dahulu oleh mobil polisi yang berada paling depan agar jalanan bebas dari kendaraan bermotor, yang mana tak jarang masih juga bisa disisipi motor dan mobil di dalam jalur fun bike.
![]() |
Titik Start |
![]() |
Titik Finish |
![]() |
Gowes bersama mobil |
Agak sedikit kaget dengan keadaan ini, sebab pengalaman di Jakarta, car free day benar benar tidak ada kendaraan bermotor. Namun saya dapat memaklumi, sebab jalan raya di Makassar tidak sebesar di Jakarta sehingga bila jalan protokol ditutup, alternatif jalan yang lain juga sulit. Selebihnya saya sangat menghargai pemerintah kota yang memberikan perhatian kepada para pecinta sepeda di Makassar. Saya berharap, car free day bisa dilaksanakan dengan lebih serius sebab untuk para gowes holic Makassar ternyata berjumlah tidak sedikit.
Kamis, 18 November 2010
Dewata Island, Bali
This is my 7 days trip with my friends at collage (Siti and Hajar) in Bali. I will explain about all the cost, the places, interest and my kind friends who had share their joy when we were in Bali.
First day – October 23rd 2010
We were arrived in Ngurah Ray Airport at 23.00 o’clock and we were picked up by Charlie, our collage friend. At that night, we ate nasi jingo with only Rp 3000,- each pack. Nasi Jinggo is a traditional meal from Bali, it is like Nasi Kucing (from Yogyakarta) It is contain rice with the side dish : noodle, serundeng, chicken with small portion. We spent our first night at Arya’s room rent in Denpasar.
“Charlie”
Charlie is our class mate when in collage. He is from Bali and work at Denpasar. This is our first meet since we graduated. We were really helpful by him. Thanks a lot to Charlie, who always be with us every night in Bali.
“Arya”
Arya is our house rent mate when we were still collage in Bandung. She is also from Bali and work at Ubud. Our first and second night was in her room rent. She had a lot of work and have to move to the new company, so we decided to move to Hotel for her comfort.
Second day – October 24th 2010
We went to Ubud and have a lunch at Nasi Ayam Kedewalan.
After that we went to Pasar ubud. It is a traditional market but the price is so high. The seller will give you a high price and if we were a local tourist then they will make the price lower. Then we continue to the Monkey forest. The monkey is naughty. It almost steal my pack. My friend said that Ubud is the location for the rich tourist. Rich tourist need quite location, and Ubud has it. That’s why the price in Ubud is very high. Ubud is also famous for its art. Arya said that Bali’s art is born in Ubud. Today, we really thank full to our friend Tude, who had company us to Ubud by his car.
Have you ever read the book "Eat Pray Love" or watch the movie? If yes, so you must knew about Ketut Liyer, the famous grandpa who had correct saw the future for Elizabeth, Gilbert the writer of Eat Pray Love. Our advantage was we have Balinese friend (Tude) who knew well about Ubud, so we can visited Ketut Liyer's house at Ubud easier than I thought before. There were around 10 people (domestic and international tourists, woman and man) who were waiting to meet Ketut Liyer. A man came and told us that if we want to meet Ketut Liyer, we must come back again tomorrow, because for today it was already close for new visitors. The cost for the consultation with Ketut Liyer is Rp 250.000,-(Domestic and International tourist is same price)
Nasi Campur |
After that we went to Pasar ubud. It is a traditional market but the price is so high. The seller will give you a high price and if we were a local tourist then they will make the price lower. Then we continue to the Monkey forest. The monkey is naughty. It almost steal my pack. My friend said that Ubud is the location for the rich tourist. Rich tourist need quite location, and Ubud has it. That’s why the price in Ubud is very high. Ubud is also famous for its art. Arya said that Bali’s art is born in Ubud. Today, we really thank full to our friend Tude, who had company us to Ubud by his car.
Have you ever read the book "Eat Pray Love" or watch the movie? If yes, so you must knew about Ketut Liyer, the famous grandpa who had correct saw the future for Elizabeth, Gilbert the writer of Eat Pray Love. Our advantage was we have Balinese friend (Tude) who knew well about Ubud, so we can visited Ketut Liyer's house at Ubud easier than I thought before. There were around 10 people (domestic and international tourists, woman and man) who were waiting to meet Ketut Liyer. A man came and told us that if we want to meet Ketut Liyer, we must come back again tomorrow, because for today it was already close for new visitors. The cost for the consultation with Ketut Liyer is Rp 250.000,-(Domestic and International tourist is same price)
Ketut Liyer's House |
The naughty monkey |
“Tude”
Tude is his nick name. His real name is puTu geDe. He is a silver entrepreneur. I asked for his help to find us a guide for diving and snorkeling. His friend is Ketut Eka, who will guide us to Tulamben.
“Ketut Eka”
Bli Eka is a dive master for PADI license. He also a trainer for surfing and has many business in Bali. Outside he looked scary, but he has a kind heart. He is really a kind person at all.
Third day – October 25th 2010
This is my great day, because I will get dive again since my last at February. Tulamben is a nice place to dive. There is a USA ship sank there. We can only walk from the beach to get dive and boat is not required. It was so excited when I could dive again and saw many cute fishes. They are really cute. We start dive at 12.00. I got dive for twice and we finished at 16.00. For this trip, I’ve got special price..it’s only Rp 600.000,- Thank full for Tude and Bli Eka who had gave me a great day in Tulamben. My dive log book is now six, yeah just six, but I am happy.
Tulamben |
The beach |
Feed fishes |
At the night we asked Charli to help us to find a Hotel in Kuta. At the 00.00 we finally got it at Adus beach inn. For one night is Rp 230.00 for 3 persons with a fan, bathtub and an extra bed. The room also has balcony.
Swimming Pool of Adus Beach Hotel |
Fourth day – October 26th 2010
This is our first day to get adventure alone without our Bali’s friends. We rent 2 motorcycles for 4 days. Each cost is Rp 30.000/day. This was our shopping day at Sukawati market. This market has a cheap price. But we have to make a good deal before buy, because the seller will give you a high price first. If you has a good skill to get a good deal price then it can be very cheap. Sukawati market price is lower than Ubud market. The location of Sukawati is before Gianyar. So if you want to follow the mark information, you should follow the mark of Sukawati or Giayar.
At the night, we spent our time in Happy Puppy for sing songs with Charlie. It’s been a long time we can meet each others since we graduated from our collage.
Fifth day – October 27th 2010
Today we have planned to go to Joger. One of the famous brand from Bali. We arrived at the store in St.Kuta Raya at 11.00 o’clock and the store wasn’t open yet. What a crazy! Out side the store so many domestic tourist were waiting. How come the store wasn’t open yet at 11.00 o’clock? As I knew, the latest time of the store to open is 10 o’clock. Finally at 12.00 o’clock the store is open. Don’t be happy too fast, because we must get a long queue first for through the metal detector before enter the store entrance. I didn’t buy anything there. Hajar was the person who really want to go here and she was bought much here.
Joger |
The adventure was continued to Tanah Lot temple, the famous temple. The temple is at the beach and if the sea water raise, then we can not go through the temple. Only who want to pray that can be enter inside the temple. For the visitor like us, we can only be out side near the temple. There is a water spring called holy spring out side the temple. It is strange because the temple is at the beach, but the water that came out is not salt at all. There are 3 holy snakes that live in the cave at the beach. The man who is guard the snake said that these 3 holy snakes are the guardians for the Tanah Lot temple.
Tanah Lot Temple |
Beji "Holy Spring" |
The holy snakes |
Kecak fire dance is always held every day at 18.30. Ticket price for this fantastic show is Rp 50.000,-. Only Siti who’s watched this show because I and Hajar have ever watched this show.
Sixth day – October 28th 2010
We didn’t notice before that this day would be our hardest day in the whole week. Our plan was going to Batur lake and Besakih temple. Batur lake is in Kintamani and we had a long long long time to get there. We needed 3 hours riding motorcycle to get Batur Lake. When we arrived at the harbour, the location to get across to Trunyan village, we stuck with a woman who sell merchandises. We’ve already said “NO” many times but she didn’t care and keep follow us whenever we go. I was very uncomfortable and we were just around 30 minute there.
Trunyan is a village that doesn’t burry the corpse. They just put the corpse under the tree that can absorb the stink from the corpse. If you want to get across, the rent boat is around Rp.350.000 – Rp. 400.000
From there we went to Besakih, the biggest temple in Bali. On our way we got rainy day and we have to stop at the small shop and meet a happy family. A woman and her husband accepted us very welcome. They have 5 dogs, one of them is very cute named Giant. The woman take care Giant just like her child. Hajar said to her, “Giant just like your child” and the woman said, “I have no children, so I just have them (dogs) just like my children”. Seem so sad, but they looked happy. Suddenly my heart smile and pray for their good.
Besakih Temple |
Map of Besakih |
We arrived at Besakih at 16.00, we are in a hurry because we didn’t want get dark on the way go home. At 17.00 we were going back to Denpasar. As usually, we always got lost each other. We meet at Erlangga store and bought some merchandises. We all totally have 6 hours for riding the motorcycle today and it was hurt our body perfectly. At Erlangga we also arrange meeting with Charlie and we had dinner together. I said that I am done with the motorcycle. I asked to Charlie to company us tomorrow by car. I thought that I have a bad memory after today. Charlie said that he can try to company us at the noon around 15.00 o’clock and go to the Dream land beach. So I said to Siti and Hajar at the morning we will have a beach walk at Kuta, no more motorcycle, and for sure they all agree because we all have the same hurt. Hahaha.
At the night I wanted to walk at Legian but no one of Siti and Hajar want to. I was lucky because my friend, Tude, want to company me. After walked at Legian, we came to Kamasutra, a night club near Kuta beach. That was so quite and I wasn’t interested much, so we were just 30 minute there and back home. Thank you for Tude for his kindness.
Seventh day – October 29th 2010
At the morning we have good news. Charlie can company us earlier then he told before. So we can also go to the Nusa dua and Dream land by car. Sayonara motorcycle, you have done good job as well. We got the sun set at the Kuta beach from the Mall. It was such a beautiful sunset.
Canang and the bird |
Water Blow Nusa Dua |
Dream Land |
At the night we visited the Bomb Bali Monumet at Legian. The sadness story of Bali, when the terrorist s blow up the bomb in Paddy's and Sari Club at October 12, 2002. There were 202 died because its tragedy.
Bomb Bali Monument |
Eighth day – October 30th 2010
My last morning at Bali, and it made me not really happy. I like Bali much and I want more time here but our flight was at 08.45. Charlie picked we up to the airport. Another friend of us at the collage was arranged meeting with us at the air port. He’s name is Angga Yoni. Short time, but it was so valuable. Thank you for coming and meet us there.
Thank full to Charlie, who spent his all night and played with us.
“Angga Yoni”
He is our collage mate and now he is working at Denpasar. We couldn’t meet in our whole holiday because he was too busy to meet us. We all were okay about that. He could meet us at the airport and arrived earlier than us just touched our heart. Hehe.
Thanks all for this trip.
My cost in Bali:
- Ticket Jakarta-Denpasar-Jakarta = Rp 670.000
- Air port tax :
- Jakarta : Rp 40.000
- Denpasar : Rp 30.000
- Taxi to Gambir : Rp 10.000
- Taxi Airport – Setia budi : Rp 150.000
- Bus to Airport : Rp 20.000
- Diving : Rp 600.000
- Eating cost : Rp 289.000
- Presents and merchandise : Rp 170.000
- Hotel : @Rp 385.000/5 days (Rp 230.000/day)
- Motorcycle : @Rp 80.000/4 days (each Rp 30.000/day)
- Gasoline : @Rp 24.000
- Laundry : Rp 17.500
- Karaoke : @Rp 74.000
- Ticket Tanah lot : Rp 9000,- (2 motor cycle + 3 person = Rp 27.000)
- Ticket Besakih : Rp 20.000
- Canang Besakih : Rp 10.000 (we didn’t know if it was a must or not)
- Map : @Rp 8.000 (Rp 23.000)
- News paper : Rp 3000
Total cost : Rp 2.600.000,-
Rabu, 13 Oktober 2010
Bandung, 09-10 Oct 2010
Hari Sabtu siang, tanggal 09 Oktober 2010 aku bersama tiga orang kawan (Jeng Mile, Hajar dan Mas Boy) bergerak dari Jakarta menuju Bandung. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali saya berkunjung ke Bandung. Banyaknya kenangan membuatku selalu kangen dengan kota ini karena sebelumnya saya kuliah di Sekolah Tinggi Teknologi Telkom (STT Telkom), yang sejak bulan November 2008 menjadi Institut Teknologi Telkom (IT Telkom. Empat setengah tahun waktu yang kuhabiskan di kota ini.
Kami sampai di Bandung sore hari dan langsung di sambut dengan kemacetan di jalan Buah Batu. Sore itu kami lalui dengan makan sop buah di belakang gedung sate. Sekedar ingin mengingat jaman dulu saat masih kuliah, nongkrong disini sambil menikmati sore ditemani semangkok sop buah yang nikmat. Semangkok sop buah harganya Rp 10.000, isinya ada mangga, apel, pear, bengkoang, lengkeng, melon, strawberi, durian, jelly, dan susu.
Selepas menyantap sop buah, kami langsung menuju Bebek Van Java untuk makan malam. Bebek Van Java punya 2 lokasi di Bandung, Jl. Lombok No. 47 dan Jl. Dipati Ukur No. 5A. Harga satu porsi nasi + bebek disini berkisar Rp 25.000. Selepas memuaskan perut, kami pun menuju kosan Siti untuk beristirahat. Siti adalah kawan kami yang bekerja di Bandung, kamarnya adalah tempat penampungan sementara untuk para karyawan dari Jakarta. Mas Boy sendiri sudah punya tempat penampungan lain tentunya. Satu jam kemudian kami bergerak menuju Dago Plasa untuk mencari hiburan. Semua tempat karaoke dan bilyard penuh sehingga kami memutuskan untuk memuaskan perut dengan makan surabi ENHAI di Jalan Setia Budi. Kalau dari datang dari arah bawah, tempatnya ada disebelah kanan jalan. Harga surabi cukup terjangkau dari Rp 4000 - Rp 7000
Minggu pagi, 10 Oct 2010, atau lebih indah bila disebutkan 10-10-10. Tanggal cantik ini dipilih untuk jadi tanggal diselenggarakannya moment 4 tahun sekali Pasar Seni ITB yang menyebabkan Dago macet parah. Untuk masuk Pasar Seni ini pengunjung tidak dipungut biaya. Sesampainya kami di ITB, nuansa macet masih terus menghantui. Suasana di kampus ITB juga macet parah oleh para pengunjung. Lautan manusia sangat padat memenuhi tempat yang sebenarnya sangat luas ini. Pengamanan tidak terlihat begitu mencolok. Saya bahkan tidak melihat polisi yang bertugas di dalam acara. Begitu sampai di lokasi, kami langsung mencari sesuap nasi. Puas makan nasi padang seharga Rp 17.500, kami pun mulai bergerak untuk melihat lihat "isi" dari Pasar Seni yang masih saja penuh sesak oleh lautan manusia.
Karena terlalu banyak manusia, seni yang ditampilkan jadi tidak terlihat begitu menarik. Akhirnya kami menyerah dan pukul 17.00 kami meninggalkan lokasi. Tidak membeli apapun yang dipamerkan malah saya dan Mile membeli kaos Bandung dan siti membeli tanaman pot. Lumayan, daripada pulang dengan tangan kosong.he he he.
Bandung my beloved city..always has a place in my heart..
Kami sampai di Bandung sore hari dan langsung di sambut dengan kemacetan di jalan Buah Batu. Sore itu kami lalui dengan makan sop buah di belakang gedung sate. Sekedar ingin mengingat jaman dulu saat masih kuliah, nongkrong disini sambil menikmati sore ditemani semangkok sop buah yang nikmat. Semangkok sop buah harganya Rp 10.000, isinya ada mangga, apel, pear, bengkoang, lengkeng, melon, strawberi, durian, jelly, dan susu.
Selepas menyantap sop buah, kami langsung menuju Bebek Van Java untuk makan malam. Bebek Van Java punya 2 lokasi di Bandung, Jl. Lombok No. 47 dan Jl. Dipati Ukur No. 5A. Harga satu porsi nasi + bebek disini berkisar Rp 25.000. Selepas memuaskan perut, kami pun menuju kosan Siti untuk beristirahat. Siti adalah kawan kami yang bekerja di Bandung, kamarnya adalah tempat penampungan sementara untuk para karyawan dari Jakarta. Mas Boy sendiri sudah punya tempat penampungan lain tentunya. Satu jam kemudian kami bergerak menuju Dago Plasa untuk mencari hiburan. Semua tempat karaoke dan bilyard penuh sehingga kami memutuskan untuk memuaskan perut dengan makan surabi ENHAI di Jalan Setia Budi. Kalau dari datang dari arah bawah, tempatnya ada disebelah kanan jalan. Harga surabi cukup terjangkau dari Rp 4000 - Rp 7000
Minggu pagi, 10 Oct 2010, atau lebih indah bila disebutkan 10-10-10. Tanggal cantik ini dipilih untuk jadi tanggal diselenggarakannya moment 4 tahun sekali Pasar Seni ITB yang menyebabkan Dago macet parah. Untuk masuk Pasar Seni ini pengunjung tidak dipungut biaya. Sesampainya kami di ITB, nuansa macet masih terus menghantui. Suasana di kampus ITB juga macet parah oleh para pengunjung. Lautan manusia sangat padat memenuhi tempat yang sebenarnya sangat luas ini. Pengamanan tidak terlihat begitu mencolok. Saya bahkan tidak melihat polisi yang bertugas di dalam acara. Begitu sampai di lokasi, kami langsung mencari sesuap nasi. Puas makan nasi padang seharga Rp 17.500, kami pun mulai bergerak untuk melihat lihat "isi" dari Pasar Seni yang masih saja penuh sesak oleh lautan manusia.
Karena terlalu banyak manusia, seni yang ditampilkan jadi tidak terlihat begitu menarik. Akhirnya kami menyerah dan pukul 17.00 kami meninggalkan lokasi. Tidak membeli apapun yang dipamerkan malah saya dan Mile membeli kaos Bandung dan siti membeli tanaman pot. Lumayan, daripada pulang dengan tangan kosong.he he he.
Bandung my beloved city..always has a place in my heart..
Kamis, 30 September 2010
Menyapa Mahameru "Puncak abadi para dewa"
Gunung Semeru dengan puncak Mahameru adalah gunung tertinggi di pulau Jawa dengan ketinggian 3676 mdpl.Gn Semeru terletak di Propinsi Jawa Timur (8°06' LS, 120°55' BT) dan dapat ditempuh dari Lumajang dan Malang. Inilah gunung pertama yang sangat ingin aku daki saat telah bergabung dengan Astacala walaupun pada kenyataannya baru pada tanggal 19 September 2010 kemarin aku menggenapinya, berdiri dipuncak Mahameru, dan menjadi salah satu manusia yang berdiri paling tinggi di pulau Jawa.
Mahameru juga dikenal sebagai “Puncak abadi para dewa” sebab menurut legenda kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuna Tantu Pagelaran yang berasal dari abad ke-15,para dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru di India ke atas Pulau Jawa. Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Meru, Gunung Meru dianggap sebagai rumah tempat bersemayam dewa-dewa dan sebagai sarana penghubung diantara bumi (manusia) dan Kayangan. Menurut orang Bali Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak Gunung Agung di Bali dan dihormati oleh masyarakat Bali. Upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh orang Bali. (source : wikipedia)
Reputasi Gn Semeru yang masih sangat aktif dan tak sedikit menewaskan banyak pendaki yang mencoba menaklukkannya membuat pesona Gn.Mahameru semakin kuat bagi kebanyakan orang. Tak jarang karena resiko yang cukup besar, dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menutup jalur ke Puncak, dimana para pendaki hanya disarankan mendaki hingga pos Kalimati.
Ranukumbolo |
Reputasi Gn Semeru yang masih sangat aktif dan tak sedikit menewaskan banyak pendaki yang mencoba menaklukkannya membuat pesona Gn.Mahameru semakin kuat bagi kebanyakan orang. Tak jarang karena resiko yang cukup besar, dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menutup jalur ke Puncak, dimana para pendaki hanya disarankan mendaki hingga pos Kalimati.
And the Journey has begun,,16 September 2010,,
Perijinan dilakukan di Tumpang dan Ranupane. Administrasi yang harus dilengkapi saat perijinan di Tumpang adalah :
1. Fotocopy KTP atau KTM untuk mahasiswa (2 lembar)
2. Surat keterangan berbadan sehat dari dokter (2 lembar),
3. Membayar tiket masuk seharga Rp 5750 untuk pelajar/mahasiswa dan Rp 7000 untuk umum.
Bila membawa camera akan dikenakan biaya Rp 5000/camera. Dari sana akan diberikan surat jalan yang nantinya diberikan ke pos perijinan di Ranupane. Di pos perijinan ini juga kita dapat membeli souvenir berupa stiker, pin, gantungan kunci dan kaos Gn. Mahameru. Untuk kaos harganya Rp 45.000,- yang mana belakangan kami ketahui harganya jauh lebih murah dibandingkan bila membeli di Ranupane Rp 60.000,-
Perjalanan dari Tumpang ke Ranupane (08°00’ 52” LS, 112°56’ 43” BT) ditempuh selama kurang lebih 3 jam. Alat transportasi yang digunakan dapat berupa Jeep dengan biaya Rp 30.000,-/orang atau menggunakan truck seperti yang kami lakukan dengan biaya yang sama. Truk yang kami gunakan adalah milik Mas Pras. Mas Pras sendiri sudah 10 tahun menyetir truck untuk mengantar sayur dan para pendaki dari Tumpang ke Ranupane.
Perjalanan ke Ranukumbolo (08°00’ 52” LS, 112°56’ 43” BT) seharusnya dapat ditempuh 4 jam, namun karena keadaan yang hujan dan perjalanan yang cukup santai, kami pun tiba di Ranukumbolo saat langit sudah gelap dan rintik hujan masih terus menyertai derap kaki kami saat mendirikan camp. Malam itu tidak begitu indah sebab Ranukumbolo diselimuti kabut sehingga kami tak dapat menikmati langit cerah dengan bintang-bintang.
Pukul 05.00 pagi aku terbangun dan bergegas melihat keluar tenda untuk melihat matahari terbit disela sela bukit. Kurang beruntung, saat itu kabut sangat tebal menyebabkan sekitar bukit dan danau tertutup kabut. Matahari berangsur angsur naik dan memberikan hangatnya, namun tak jarang hembusan angin lembah yang menghampiri kami membuat kami kembali menggigil. Indah dan anggun, Ranukumbolo yang menawan.
Pukul 10.00 kami bergerak menuju Pos Kalimati (08°05’ 15” LS, 112°55’ 02” BT), dari Ranukumbolo kita harus melewati bukit untuk menuju sabana oro oro ombo, namun sebelum itu kita harus melewati tanjakan cinta, yang konon katanya apabila seseorang yang melewati tanjakan cinta tanpa menoleh kebelakang, dipercaya cintanya akan abadi.
“Lantas bagaimana bila orang yang naik itu sedang jomblo?” tanya salah seorang dari kami, dan langsung terdengar jawaban :
“Ya, jomblo mu abadi !!”
Entah benar atau tidak, akupun seakan tidak ingin menoleh kebelakang saat berada di tanjakan cinta. Seakan ingin menghormati mitos yang ada aku pun menoleh kebelakang saat berada di puncak tanjakan dan melihat betapa indahnya hasil karya Tuhan untuk umatnya, Ranukumbolo. Suasana yang indah dan cuaca yang sejuk membuat kami memutuskan untuk beristirahat sejenak diatas bukit sambil menikmati indahnya danau. Aku yakin kami semua yang berada disana merasa sangat beruntung bisa melihat ini semua secara langsung.
Track jalur ke pos Kalimati boleh aku bilang cukup nyaman. Selain landai, pemandangan yang disajikan juga sangat indah dan membuat hayal melayang jauh. Tak jarang kami melihat puncak Mahameru meletus mengeluarkan wedus gembel nya yang terkenal itu. Sayang sekali aku tidak sempat mengabadikan moment itu karena cuaca yang terkadang gerimis membuat kameraku diam dibungkus dry back di dalam carrier sepanjang perjalanan.
Berbeda dengan hari sebelumnya, kami bergerak cukup stabil dan tidak terlalu banyak istirahat. Kami sampai di pos Kalimati pukul 15.00. Terlihat banyak pendaki yang sudah mendirikan camp disekitar shelter. Kami memilih mendirikan camp sedikit lebih jauh dari shelter.
Tak jauh dari pos, ada sumber mani, mata air. Menurut informasti dari pendaki lain, untuk sampai ke mata air dapat ditempuh dengan waktu 10 menit ke arah Barat, sekitar 30 menit perjalanan pergi-pulang. Karena tak ada dari kami yang pernah Gn. Semeru sebelumnya, maka kami memilih untuk safety dengan menyiapkan air dari Ranukumbolo untuk menghindari kemungkinan tidak menemukan sumber air atau sampai ke lokasi terlalu malam.
Pukul 21.00 segala persiapan ke puncak sudah selesai kami siapkan. Pukul 23.00 rencana kami ke puncak terpaksa tertunda karena cuaca yang berkabut disertai gerimis hujan dan angin yang cukup kencang. Karena cuaca yang kurang baik, kami kembali istirahat sambil tetap memonitor keadaan cuaca yang kami harapkan akan berubah cerah. Tak disangka kami ketiduran dan terbangun oleh panggilan dari Marmut, anggota Astacala, yang berbeda team dari kami. Ia hendak menuju puncak dan menghapiri tenda kami.
Ternyata sudah jam 01.50, dan langit sangat cerah, bintang-bintang terlihat berhamburan di langit sangat banyak. Bergegas kami bersiap untuk menuju puncak abadi para dewa. Pukul 02.30 kami start dari camp menuju puncak Mahamer dan pukul 05.00 kami sampai di batas vegetasi dan sekitar pukul 09.00 aku berhasil menyapa Puncak Mahameru, puncak abadi para dewa, waktunya agak terlambat sebab maksimal jam 09.30 kami sepakati untuk berada di puncak karena dikhawatirkan pukul 10.00 akan ada asap beracun yang mengarah ke puncak. Nampaknya para dewa menerima kehadiranku disana sebab cuaca yang tadinya berkabut menjadi cerah. Aku bahkan dapat melihat dengan jelas bibir pantai disebelah selatan dan bibir kawah Jonggring Saloko.
Ternyata kami cukup beruntung, sebab malam itu hujan sangat lebat dan berlangsung hingga esok pagi jam 08.00. Salah satu group yang nge-camp di samping kami bercerita bahwa saat tengah malam mereka nekat menerobos hujan menuju puncak dimana akhirnya mereka putuskan untuk turun kembali setelah terjadi hujan es di Arcopodo. Kami bergerak dari Kalimati menuju Ranupane pukul 11.30 dan sampai di pos perijinan sekitar pukul 18.30. Disana sudah menunggu Mas Pras sang pemilik truck sayur yang menjemput kami. Beliau sudah menunggu kami sejak pagi sebab sebelumnya kami mengatakan akan sampai di Ranupane siang hari.
Perjalanan ini akhirnya pun berakhir dengan perjalanan pulangku dari Malang-Jakarta menggunakan kereta api executive Gajayana seharga Rp 360.000,- tanpa diberikan makan malam ataupun sekedar air putih. Ternyata service kereta api untuk perjalanan jauh sudah tidak mendapatkan makan malam. Malam itu pun akhirnya aku merogoh kocek untuk membeli teh panas dan nasi goreng.
21 September 2010 pukul 09.00 aku sampai di stasiun gambir, pulang ke kosan untuk mandi dan langsung ke kantor. Melelahkan namum sangat menyenangkan.
I love my adventure
Thanks to all team : Cirit, Monop, Pinan, Kresna, Sondang, Bram, Ellya dan Evalin for our great journey to say Hello at Mahameru
Rincian pengeluran untuk trip kali ini :
Tiket pesawat Jakarta – Surabaya : Rp 325.000
Airport tax : Rp 40.000
Pengeluaran di Surabaya : Rp 100.000
Saweran logistic : Rp 300.000
Subsidi ke team Rp : 135.000
Tiket kereta Malang – Jakarta Rp 360.000
Makan malam : Rp 25.000
Taxi : Rp 25.000
Kaos Mahameru : Rp 45.000
Total pengeluaran : Rp 1.355.000
Jumlahnya hampir sama dengan pengeluaran saat ke Singapore sebelumnya. Namun jumlah pengeluaran anggota team yang lain tentu saja jauh lebih kecil karena transportasi mereka menggunakan kereta ekonomi ^.^v
Perijinan dilakukan di Tumpang dan Ranupane. Administrasi yang harus dilengkapi saat perijinan di Tumpang adalah :
1. Fotocopy KTP atau KTM untuk mahasiswa (2 lembar)
2. Surat keterangan berbadan sehat dari dokter (2 lembar),
3. Membayar tiket masuk seharga Rp 5750 untuk pelajar/mahasiswa dan Rp 7000 untuk umum.
Bila membawa camera akan dikenakan biaya Rp 5000/camera. Dari sana akan diberikan surat jalan yang nantinya diberikan ke pos perijinan di Ranupane. Di pos perijinan ini juga kita dapat membeli souvenir berupa stiker, pin, gantungan kunci dan kaos Gn. Mahameru. Untuk kaos harganya Rp 45.000,- yang mana belakangan kami ketahui harganya jauh lebih murah dibandingkan bila membeli di Ranupane Rp 60.000,-
Kantor Perijinan di Tumpang |
Truck Mas Pras |
Bila menggunakan Jeep |
Perjalanan ke Ranukumbolo (08°00’ 52” LS, 112°56’ 43” BT) seharusnya dapat ditempuh 4 jam, namun karena keadaan yang hujan dan perjalanan yang cukup santai, kami pun tiba di Ranukumbolo saat langit sudah gelap dan rintik hujan masih terus menyertai derap kaki kami saat mendirikan camp. Malam itu tidak begitu indah sebab Ranukumbolo diselimuti kabut sehingga kami tak dapat menikmati langit cerah dengan bintang-bintang.
“Lantas bagaimana bila orang yang naik itu sedang jomblo?” tanya salah seorang dari kami, dan langsung terdengar jawaban :
“Ya, jomblo mu abadi !!”
Entah benar atau tidak, akupun seakan tidak ingin menoleh kebelakang saat berada di tanjakan cinta. Seakan ingin menghormati mitos yang ada aku pun menoleh kebelakang saat berada di puncak tanjakan dan melihat betapa indahnya hasil karya Tuhan untuk umatnya, Ranukumbolo. Suasana yang indah dan cuaca yang sejuk membuat kami memutuskan untuk beristirahat sejenak diatas bukit sambil menikmati indahnya danau. Aku yakin kami semua yang berada disana merasa sangat beruntung bisa melihat ini semua secara langsung.
Track jalur ke pos Kalimati boleh aku bilang cukup nyaman. Selain landai, pemandangan yang disajikan juga sangat indah dan membuat hayal melayang jauh. Tak jarang kami melihat puncak Mahameru meletus mengeluarkan wedus gembel nya yang terkenal itu. Sayang sekali aku tidak sempat mengabadikan moment itu karena cuaca yang terkadang gerimis membuat kameraku diam dibungkus dry back di dalam carrier sepanjang perjalanan.
Berbeda dengan hari sebelumnya, kami bergerak cukup stabil dan tidak terlalu banyak istirahat. Kami sampai di pos Kalimati pukul 15.00. Terlihat banyak pendaki yang sudah mendirikan camp disekitar shelter. Kami memilih mendirikan camp sedikit lebih jauh dari shelter.
Kalimati
|
Pukul 21.00 segala persiapan ke puncak sudah selesai kami siapkan. Pukul 23.00 rencana kami ke puncak terpaksa tertunda karena cuaca yang berkabut disertai gerimis hujan dan angin yang cukup kencang. Karena cuaca yang kurang baik, kami kembali istirahat sambil tetap memonitor keadaan cuaca yang kami harapkan akan berubah cerah. Tak disangka kami ketiduran dan terbangun oleh panggilan dari Marmut, anggota Astacala, yang berbeda team dari kami. Ia hendak menuju puncak dan menghapiri tenda kami.
Ternyata sudah jam 01.50, dan langit sangat cerah, bintang-bintang terlihat berhamburan di langit sangat banyak. Bergegas kami bersiap untuk menuju puncak abadi para dewa. Pukul 02.30 kami start dari camp menuju puncak Mahamer dan pukul 05.00 kami sampai di batas vegetasi dan sekitar pukul 09.00 aku berhasil menyapa Puncak Mahameru, puncak abadi para dewa, waktunya agak terlambat sebab maksimal jam 09.30 kami sepakati untuk berada di puncak karena dikhawatirkan pukul 10.00 akan ada asap beracun yang mengarah ke puncak. Nampaknya para dewa menerima kehadiranku disana sebab cuaca yang tadinya berkabut menjadi cerah. Aku bahkan dapat melihat dengan jelas bibir pantai disebelah selatan dan bibir kawah Jonggring Saloko.
Puncak 3676 mdpl |
ASTACALA on the TOP |
Kurang lebih 6.5 jam kami lalui untuk mencapai puncak Mahameru yang kami nikmati selama kurang lebih 10 menit namun menjadi 10 menit yang tak kan pernah aku lupakan. Kalau untuk mencapai puncak kami membutuhkan waktu 6.5 jam, untuk turun dari puncak dan mencapai Kalimati hanya diperlukan waktu sekitar 2 jam dengan kecepatan yang santai. Rencananya sore itu kami akan menuju Ranukumbolo namun cuaca ternyata berkata lain, hujan lebat mengguyur kami yang saat itu sudah siap berangkat dengan carrier masing-masing. Dengan beberapa pertimbangan akhirnya kami tidak melanjutkan perjalanan ke Ranukumbolo dan kembali mendirikan camp di Kalimati.
Ternyata kami cukup beruntung, sebab malam itu hujan sangat lebat dan berlangsung hingga esok pagi jam 08.00. Salah satu group yang nge-camp di samping kami bercerita bahwa saat tengah malam mereka nekat menerobos hujan menuju puncak dimana akhirnya mereka putuskan untuk turun kembali setelah terjadi hujan es di Arcopodo. Kami bergerak dari Kalimati menuju Ranupane pukul 11.30 dan sampai di pos perijinan sekitar pukul 18.30. Disana sudah menunggu Mas Pras sang pemilik truck sayur yang menjemput kami. Beliau sudah menunggu kami sejak pagi sebab sebelumnya kami mengatakan akan sampai di Ranupane siang hari.
Bersama Mas Pras |
21 September 2010 pukul 09.00 aku sampai di stasiun gambir, pulang ke kosan untuk mandi dan langsung ke kantor. Melelahkan namum sangat menyenangkan.
I love my adventure
Thanks to all team : Cirit, Monop, Pinan, Kresna, Sondang, Bram, Ellya dan Evalin for our great journey to say Hello at Mahameru
All team |
Rincian pengeluran untuk trip kali ini :
Tiket pesawat Jakarta – Surabaya : Rp 325.000
Airport tax : Rp 40.000
Pengeluaran di Surabaya : Rp 100.000
Saweran logistic : Rp 300.000
Subsidi ke team Rp : 135.000
Tiket kereta Malang – Jakarta Rp 360.000
Makan malam : Rp 25.000
Taxi : Rp 25.000
Kaos Mahameru : Rp 45.000
Total pengeluaran : Rp 1.355.000
Jumlahnya hampir sama dengan pengeluaran saat ke Singapore sebelumnya. Namun jumlah pengeluaran anggota team yang lain tentu saja jauh lebih kecil karena transportasi mereka menggunakan kereta ekonomi ^.^v
Langganan:
Postingan (Atom)